TURAH (2017)
Dir: Wicaksono Wisnu Legowo
Cast: Ubaidillah, Slamet Ambari, Yono Daryono, Rudi Iteng
Genre: Drama
Film drama arthouse berbahasa jawa tegal ini mengisahkan tentang kehidupan di Kampung Tirang. Kampung berasal dari tanah timbul yang dikuasai Darso, seorang kaya/juragan yang mempekerjakan penduduk kampung yang menyewa tanah tersebut sebagai pegawainya untuk mengurus kambing, memelihara tambak ikan, dll. Kehidupan beberapa warga di kampung tersebut dilihat dari mata Turah sebagai orang yang dipercayai Darso untuk menjaga ketertiban dan keamanan di kampung Tirang.
Turah yang baru saja mendapat jabatan tersebut mengalami kendala manakala sosok Jadag, salah satu warga merasa tidak mendapatkan keadilan selama bekerja dengan Darso. Konflik Jagad dengan keluarganya, cerita perselingkuhannya, dan konflik dengan tangan kanan Darso, Pakel memicu keributan. Puncaknya, provokasi Jadag kepada warga untuk melawan Darso pun mengancam ketenangan warga. Turah pun bingung bagaimana menyelesaikan persoalan tersebut.
Sebagai sebuah film arthouse yang menampilkan simbolisasi dalam potret realita kehidupan masyarakat miskin pesisir, Turah tidak terlalu rumit dicerna, sangat to the point, lugas. Interpretasi bisa berbeda-beda dalam menerka apa yang menjadi simbolisasi dalam film ini dan interpretasi saya adalah soal negara dan keadilan. Banyak yang bisa didapat dalam film ini dari sisi penggambaran situasi sosial yang lazim dewasa ini. Soal pendidikan, soal kemiskinan dan kesejahteraan, dan lain-lain yang menjadikan film ini bisa menjadi bahan diskusi menarik bagi para penggemar simbolisasi dalam film.
Didukung kekuatan akting para pemainnya yang sepertinya pemain teater, set desain yang riil, teknis sound editing yang bagus menangkap suara dialog dan alam sekitar, menjadikan film Turah sebuah film yang bagus kendati menyampaikan kisah yang kurang menarik khalayak ramai untuk menontonnya.
My Rate: 4.5/5
Cast: Ubaidillah, Slamet Ambari, Yono Daryono, Rudi Iteng
Genre: Drama
Film drama arthouse berbahasa jawa tegal ini mengisahkan tentang kehidupan di Kampung Tirang. Kampung berasal dari tanah timbul yang dikuasai Darso, seorang kaya/juragan yang mempekerjakan penduduk kampung yang menyewa tanah tersebut sebagai pegawainya untuk mengurus kambing, memelihara tambak ikan, dll. Kehidupan beberapa warga di kampung tersebut dilihat dari mata Turah sebagai orang yang dipercayai Darso untuk menjaga ketertiban dan keamanan di kampung Tirang.
Turah yang baru saja mendapat jabatan tersebut mengalami kendala manakala sosok Jadag, salah satu warga merasa tidak mendapatkan keadilan selama bekerja dengan Darso. Konflik Jagad dengan keluarganya, cerita perselingkuhannya, dan konflik dengan tangan kanan Darso, Pakel memicu keributan. Puncaknya, provokasi Jadag kepada warga untuk melawan Darso pun mengancam ketenangan warga. Turah pun bingung bagaimana menyelesaikan persoalan tersebut.
Sebagai sebuah film arthouse yang menampilkan simbolisasi dalam potret realita kehidupan masyarakat miskin pesisir, Turah tidak terlalu rumit dicerna, sangat to the point, lugas. Interpretasi bisa berbeda-beda dalam menerka apa yang menjadi simbolisasi dalam film ini dan interpretasi saya adalah soal negara dan keadilan. Banyak yang bisa didapat dalam film ini dari sisi penggambaran situasi sosial yang lazim dewasa ini. Soal pendidikan, soal kemiskinan dan kesejahteraan, dan lain-lain yang menjadikan film ini bisa menjadi bahan diskusi menarik bagi para penggemar simbolisasi dalam film.
Didukung kekuatan akting para pemainnya yang sepertinya pemain teater, set desain yang riil, teknis sound editing yang bagus menangkap suara dialog dan alam sekitar, menjadikan film Turah sebuah film yang bagus kendati menyampaikan kisah yang kurang menarik khalayak ramai untuk menontonnya.
My Rate: 4.5/5
Komentar
Posting Komentar