THE MONKEY (2025) – HOROR THRILLER UNIK, EKSENTRIK DAN BERDARAH-DARAH
Nama Osgood Perkins nampaknya
kian bersinar di film genre yang mengerucut pada horor dengan sentuhan thriller,
suspense dan gore. Setelah sukses dengan Longlegs tahun lalu, sutradara,
penulis sekaligus aktor bergaya unik ini menunjukkan sisi eksentriknya lewat adaptasi
cerita pendek Stephen King, The Monkey.
Dibintangi Theo James, Tatiana
Maslany dan Colin O’Brien, The Monkey yang diproduseri
James Wan (The Conjuring, Saw) tayang di bioskop Indonesia mulai
Rabu, 5 Maret 2025.
The Toy Terror Story
Sebuah mainan monyet bermain drum
warisan sang ayah meneror dan membantai satu per satu keluarga dan orang
terdekat saudara kembar Bill dan Hal (Christian Convery) sejak kecil.
Sukses membuang dan menyingkirkan mainan tersebut, tak disangka seperempat abad
kemudian kematian-kematian brutal nan sadis kembali menghantui Hal dewasa (Theo
James).
Bersama putranya, Petey (Colin
O’Brien), Hal mencoba mencegah teror sang monyet mainan yang kembali hadir,
termasuk menghubungi kembali kembarannya Bill (Theo James) yang lama tak
ia temui.
Saat dipromosikan, film The
Monkey dinarasikan sebagai sebuah film horor yang berisikan kematian-kematian
brutal, sadis, gore dan berdarah-darah, dan apa yang ditampilkan di dalam film
memang tidak mengecewakan. Kematian-kematian dalam The Monkey seakan
direka dengan mindset sesadis, sebrutal, seberdarah dan seberlebihan mungkin
untuk para penggemar horor gore.
Bagi penggemar film mungkin tahu kematian-kematian
dalam film Final Destination, film The Monkey punya
kreativitas yang sama hanya saja digarap dengan treatment berbeda. Bedanya
adalah di gore dan darah di kematian yang overkill, serta treatment tanpa
basa-basi tanpa membangun tensi, benar-benar terapi kejut buat penonton.
Satu hal lain yang menonjol dalam
film ini adalah naskah yang ditulis sendiri oleh Osgood Perkins (The
Blackcoat Daughters, Longlegs). Seakan tak mengikuti pakem penulisan naskah
standar, sisi eksentrik Perkins terlihat dengan tindakan karakter yang di luar
logika. Pastur yang nyentrik, anak kembar yang membully kembarannya, paman dan
bibi aneh, serta yang paling terlihat jelas adalah latar waktu 1999 yang
terlihat seperti tahun 1970-an.
Hal itu membuat The Monkey bisa
jadi dualisme di mata penontonnya, unik atau aneh. Pilihan kami ada di kata
eksentrik. Film horor dengan sentuhan dark comedy yang bisa membuat ngeri dan
jijik penonton tapi juga sekaligus memancing tawa. Sensasi unik dalam menonton
film horor diberikan oleh film ini.
Dari sisi teknis selain tampilan desain produksi seperti berlatar 1970-an, sisi efek praktikal dan CGI jadi bagian menonjol dalam film. Kematian-kematian ditampilkan dengan kreatif dan seru. Satu yang menjadi favorit kami adalah efek kepala terbakar yang terlihat nyata, mengingatkan pada Ghost Rider tapi kepalanya bukan tengkorak. Adegan kematian kolam renang pun sangat mengejutkan dan sukses bikin geleng-geleng kepala. Perkins dan para kru sungguh bersenang-senang dalam film ini.
Dari sisi akting, sosok Theo
James (Divergent, How It Ends) dan Christian Convery (Cocaine Bear, series Sweet Tooth) layak diberikan kredit dalam
memerankan peran ganda sebagai saudara kembar Bill dan Hal. Spesial buat Theo James yang memerankan Bill dan Hal dewasa dengan karakter kompleks yang berlawanan. Tim make up & hairstyling juga
pantas dipuji memberikan tampilan berbeda pada Bill dan Hal.
How The Toy Terror Story Ends
Kisah mainan terkutuk mungkin
sudah sering diangkat dalam film horor, tapi The Monkey menawarkan
sebuah film horor yang berbeda. Teror mengerikan, menjijikan, tapi juga kocak
dan seru, The Monkey akan membuatmu kaget, ngeri dan jijik, tapi sambil
tertawa, sebuah sensasi unik yang jarang dialami di bioskop.
The Monkey tayang
mulai Rabu, 5 Maret 2025 di bioskop Indonesia.
Komentar
Posting Komentar