REVIEW THE BATMAN (2022) – FILM ADAPTASI KOMIK YANG SEGAR DAN BERBEDA UNTUK SANG DETEKTIF TERBAIK DI DUNIA
Batman adalah sosok karakter dari komik yang sangat populer, bertiga dengan Superman dan Spider-Man. Kiprahnya di medium gambar bergerak pun dianggap selalu mendulang sukses sejak Batman era tahun 1960-an dengan Adam West sampai ke era Ben Affleck sebagai pemeran jagoan bertopeng ini.
Kini di film terbarunya bertajuk The
Batman, dengan digawangi sutradara Matt Reeves dan dibintangi Robert
Pattinson sebagai sang manusia kelelawar. The Batman akan hadir menggelayut di
seluruh bioskop Indonesia mulai tanggal 1 Maret 2022.
Sinopsis
Kota Gotham yang bobrok akibat
korupsi dan ketidakpedulian aparat dan warganya semakin tak tertolong saat
muncul seorang sosok pembunuh berantai bernama The Riddler (Paul Dano). Aksinya membunuh Walikota Gotham dengan dalih membuka
topeng para aparat menimbulkan kekacauan dan ketakutan di Kota Gotham.
Batman (Robert Pattinson) di tahun keduanya beraksi sebagai penjaga Gotham
dari pelaku kriminal, harus memecahkan teka-teki yang disematkan The Riddler di
tiap korban pembunuhannya. Dibantu Alfred (Andy
Serkis) sang pelayan,
penyelidikan Batman beririsan dengan sosok Selina (Zoe Kravitz) yang dekat dengan wanita simpanan walikota. Dibantu
Selina yang memiliki skill mencuri ala cat
burglar, Batman pun menemukan kenyataan pahit dari apa sebenarnya yang tersimpan
di balik para elit kota Gotham. Sebuah kejahatan terstruktur yang berusaha
dibongkar oleh The Riddler. Tugas Batman pun semakin pelik, menangkap Riddler
sekaligus para tikus berdasi beserta dalangnya.
Ulasan
Berbagai karakter Batman dalam banyak versi seri komiknya pun sudah diadaptasi ke dalam film. Seperti Batman yang warna-warni dan ceria karya Leslie H. Martinson, Batman misterius dan kelam dalam Batman versi Tim Burton, Batman dengan gaya psychedelic di tangan Joel Schumacher, Batman ala Ninja di versi Nolan, maupun Batman ala Zach Snyder yang moody dan seorang leader. Kini di tangan Matt Reeves (Cloverfield, Dawn of The Planet of The Apes), Batman yang mempunyai julukan The Greatest Detective in the World, alias Detektif Terbaik di Dunia menjadi konsep Batman yang dikedepankan dalam film The Batman ini. Batman dalam perjalanan menjadi sehebat atau bahkan lebih hebat dari Sherlock Holmes dan Hercule Poirot.
Pendekatan berbeda yang digalang oleh Matt Reeves ini mengubah drastis adaptasi Batman yang baru saja kita tonton lewat saga Justice League yang diperankan Ben Affleck. Beraksi solo tanpa member Justice League lain, dan konon merupakan semesta yang berbeda pula. Batman versi mutakhir ini lebih menggunakan pendekatan realistis dan logis.
Tidak ada lagi alat-alat super canggih,
baik itu untuk penyelidikian, pertarungan maupun kendaraan operasional. Kini
Batman melakukan tugasnya dengan alat seadanya, paling hanya lensa kontak yang
mampu memancarkan gambar ke monitor dan merekam video saja yang menjadi alat
tercanggihnya. Otak, kemampuan kamuflase dan skill bertarung Batman adalah alat
tercanggih yang ia punya.
Dari sisi plot cerita, naskah yang ditulis Reeves bersama Peter Craig (The Town, Bad Boys For Life) memang fokus menggiring arc Batman dalam menangkap The Riddler dan di dalam prosesnya mengungkap kebobrokan kota Gotham, relasinya dengan Selina ‘Catwoman’ Kyle, serta sedikit mengupas trauma masa kecil Bruce Wayne dan sejarah Thomas & Martha Wayne. Duet Batman dengan Letnan Gordon (Jeffrey Wright) juga jadi salah satu highlight menarik. Dua karakter lurus dan antikorup ini memiliki dinamika dan chemistry sempurna dan menjadi salah satu bagian terbaik dalam film.
Sementara duet Batman dengan
Catwoman tidak hanya cemerlang dari sisi penyelidikan, namun juga punya chemistry romansa yang menggetarkan dan menggoda. Selena yang sexy hebatnya tidak digambarkan sensual berlebihan,
apalagi sampai di-oversexualized
dalam film ini. Selena adalah perwakilan karakter wanita tangguh dalam film
bersama sang calon walikota Bella Real (Jayme
Lawson).
Sosok Batman sendiri sungguh sangat berbeda dibandingkan penggambarannya di film dan seri terdahulu. Bruce Wayne yang moody dan tidak peduli dengan kekayaan dan jauh dari hingar-bingar menjadikan Bruce di film ini sebagai sosok penyendiri yang depresif. Sementara di kesehariannya Batman adalah sosok yang lebih hidup, lebih bergairah dan menjadi wajah asli dari Bruce. Hal ini pun diungkapkan di dalam film, dimana Bruce Wayne adalah topeng, Batman adalah sosok sejati Bruce. Ini adalah penggambaran yang tepat untuk pendekatan film The Batman yang gelap dan realistis ini.
The Batman kali ini
bukanlah film superhero penuh aksi heroik, pose-pose keren dan adegan tarung
bombastis. Lebih didominasi oleh intrik-intrik Batman dalam berpikir untuk mengungkap
kasus, adegan aksi dalam The Batman menggunakan gaya realis.
Adegan tarungnya wajar dengan kostum anti peluru-nya yang terlihat berat dan
tebal membuat gerakan Batman tidak luwes dan mengandalkan pukulannya yang keras
serta memanfaatkan kemampuannya menahan pukulan. Adegan aksi paling keren dalam
film ini adalah kejar-kejaran mobil di tengah jalan tol saat hujan deras yang sangat
menegangkan. Benar-benar terlihat nyata.
Peran sinematografer Greg Fraser (Dune, Rogue One: A Star Wars Story) sangat vital pada adegan kejar-kejaran
mobil tersebut dan sangat bertanggung jawab dalam shot-shot anti pose heroik
dalam film ini. Set Gotham yang bobrok dan berantakan digambarkan dalam sebuah
kota modern yang terlihat kumuh, plus pembangunan tidak merata dan
insfrastruktur transportasi yang tidak terawat. Kombinasi sudut pengambilan gambar
dan tata artistik sangat realistis menggambarkan kebobrokan kota Gotham.
Sedikit catatan untuk tim stunt dan sinematografer sepertinya harus lebih banyak berlatih lagi untuk menghasilkan adegan tarung yang lebih atraktif tanpa meninggalkan konsep realistis yang diusung. Semua demi pengalaman sinematik tentunya.
Satu hal lain yang paling
menonjol dari sisi teknis adalah penataan musik yang luar biasa kaya. Michael Giacchino (Up, Star Trek 2009) sangatlah terampil mengkomposisi berbagai
alunan nada dan lagu yang disesuaikan dengan mood adegan dan spesial untuk
karakter. Batman memiliki interpretasi lagu Something
in The Way milik Nirvana yang
haunting dan kelam, Riddler dengan lagu Ave Maria versi children choir yang mampu membuat bulu kuduk berdiri.
Dari sisi akting, Robert Pattinson (Twilight, Tenet) yang sudah lama melepaskan image vampire berkilau
dari saga Twilight tampil gemilang baik sebagai Batman maupun Bruce Wayne.
Rahangnya yang banyak muncul saat sebagai Batman terlihat sangat kokoh
menggambarkan ketangguhan. Sementara Zoe
Kravitz (Mad Max: Fury Road, X-Men
First Class) memberikan Catwoman yang sensual, cerdik tapi emosional dan
kaya empati.
Colin Farrell (Daredevil, In Bruges) yang tampil penuh prostetik dan make up sebagai Oswald ‘The Penguin’ Cobblepott memiliki screentime minim namun sangat memorable, terutama di adegan kejar-kejaran mobil, namun Paul Dano (There Will Be Blood, Prisoners) jadi superstar dalam film ini. Kualitas aktingnya sebagai sang pembunuh, The Riddler, sangat tidak mudah ditebak. Duel akting Pattinson vs Dano di Arkham adalah satu adegan terbaik dalam film.
Di tengah banyaknya akting luar
biasa dalam film ini ada sedikit kekurangan dari sisi screentime minim dan
kurangnya penggambaran kedekatan relasi Alfred milik Andy Serkis (The Lord of The
Rings, Black Panther) dengan Bruce menjadi catatan yang perlu diperhatikan.
Sosok Alfred tidak terasa sebagai seorang guardian,
melainkan seorang pelayan saja. Satu lagi adalah John Turturro (The Big Lebowski, Transformers) yang terasa miscast,
kiprahnya yang dominan di film komedi Coen Brothers dan karakternya di film Transformers
membuat image komedinya menutupi kegarangan sosok bos mafia, Carmine Falcone
yang ia perankan. Sayang sekali padahal Turturro adalah aktor yang sangat
bagus.
Kesimpulan Akhir
The Batman, mengobati kerinduan
fans beratnya yang tidak hanya menampilkan Batman yang jago kelahi dan penuh
teknologi, melainkan berfokus pada kepandaian dan kemampuan Batman berpikir
sebagai seorang detektif dalam mengungkap kasus. Film yang jauh dari image film
superhero yang hingar bingar. Lebih dewasa dan menitikberatkan pada ritme pelan
dengan ketegangan psikologis di tiap detiknya menjadikan The Batman sebagai film
komik yang segar dan berbeda, serta superior dari berbagai segi. Masa depan
film adaptasi komik telah dimulai.
The Batman tayang serentak di seluruh
bioskop Indonesia mulai tanggal 2 Maret 2022.
My rate: 4 out of 5 stars
The Batman | 176 mins | Dir: Matt Reeves | Script: Matt Reeves &
Peter Craig | Cast: Robert Pattinson, Zoe Kravitz, Paul Dano, Jeffrey Wright,
Colin Farrell, John Turturro, Andy Serkis, Peter Saarsgard, Barry Keoghan | Prod
& Distrib : Warner Bros.
Komentar
Posting Komentar