NGERI-NGERI SEDAP (2022) –DRAMA KELUARGA HARU BIRU PENGHANGAT HATI
Kini di bawah naungan rumah
produksi Imajinari buah kerjasama Dipa
Andika dengan Ernest serta dukungan kreatif dari Visionari milik sutradara
ternama Angga Dwimas Sasongko, Bene menulis dan menyutradarai film yang
mengangkat latar belakang adat dan budaya Batak, daerah asal Bene, yang
berjudul Ngeri-Ngeri Sedap.
Dibintangi oleh Arswendy
Nasution, Tika Panggabean, Boris Bokir, Gita Bhebhita, Lolox dan Indra Jegel,
film Ngeri-Ngeri
Sedap akan tayang di bioskop mulai 2 Juni 2022.
Sinopsis
Memiliki 4 orang anak yang sukses
namun 3 di antaranya merantau dan enggan pulang, suami istri Pak Domu (Arswendy Nasution) dan Mak Domu (Tika Panggabean) melancarkan sebuah
siasat untuk berpura-pura bertengkar sampai mau cerai di depan anak perempuan
mereka Sarma (Gita Bhebhita) untuk
memancing anak-anak mereka yang lain untuk segera pulang.
Siasat berhasil, Domu (Boris
Bokir) yang hendak menikah dengan gadis sunda, Gabe (Lolox) si sarjana hukum
yang banting setir jadi pelawak serta Sahat (Indra Jegel) si bungsu yang enggan
pulang selepas lulus kuliah, akhirnya pulang kampung demi memperbaiki hubungan
ayah dan ibu mereka. Berbagai kejadian lucu, dramatis dan mengharukan terjadi
si rumah Pak Domu setelahnya.
Ulasan
Langsung to the point saja,
Ngeri-Ngeri Sedap adalah film terbaik sepanjang tahun 2022 versi saya sejauh
ini. Kombinasi naskah, akting dan kualitas teknis produksi film ini adalah
sebaik-baiknya sebuah produksi film. Bermula dari sebuah passion project yang
digagas dari keresahan Bene Dion
Rajagukguk (Ghost Writer) bersama
rekan-rekan sedaerahnya Gita Bhebita, Boris Bokir dan Lolox seusai syuting Comic 8, film Ngeri-Ngeri Sedap terasa
menjadi sebuah film yang dibuat dengan hati.
Naskah yang ditulis sendiri oleh Bene Dion Rajagukguk yang pernah menulis Warkop DKI Reborn dan Suzzanna Beranak Dalam Kubur ini secara umum menangkap berbagai keresahan anak-anak muda di dalam keluarga, khususnya dalam bungkus budaya dan adat batak. Persoalan anak yang merasa nyaman merantau dibanding kembali pulang ke rumah dengan sosok ayah yang kolot dan sangat otoriter.
Sosok ayah yang diperankan oleh Arswendy Beningswara Nasution (Dua Garis Biru, Pengabdi Setan) ditokohkan
sedemikian berkuasanya di rumah dengan melarang dan memerintah anak-anaknya
yang merantau sehingga mereka malas pulang. Satu-satunya anak penurut adalah si
anak perempuan Sarma (Gita Bhebhita)
yang benar-benar membanggakan ayahnya, bekerja sebagai pegawai negeri sipil.
Sementara sang ibu (Tika Panggabean) hanya
bisa merasa rindu kepada anak-anak lelakinya tanpa memiliki kemampuan mendamaikan
suami dan anak-anaknya.
Dengan cermat, Bene meracik premis receh Pak Domu dan istrinya yang berpura-pura bertengkar untuk memancing anak-anaknya pulang menjadi konflik yang efektif untuk memancing sisi komedi dan drama di film ini. Tidak terpancing untuk menjadikan komedi sebagai pemantik tawa dan hiburan bagi penonton, mengingat para pemainnya sebagian besar para komika, Bene sungguh berani melepaskan diri dari jejak film-film drama keluarga milik Ernest seperti Cek Toko Sebelah atau Imperfect.
Pesan yang coba ditanamkan di
film ini soal maskulinitas dan patriarki yang beracun serta pentingnya demokrasi
di dalam keluarga disajikan dengan halus tanpa menggurui dan menyalahkan secara
berlebih. Pengembangan karakter juga dieskalasi dengan cermat dan menghasilkan
klimaks yang dijamin akan membuat penonton berurai air mata. Sangat powerful!
Meskipun lekat dengan budaya batak, menurut saya film ini cocok buat seluruh
keluarga di Indonesia.
Para komika di film ini
benar-benar menjalankan fungsi di film ini sebagai seorang aktor. Lolox (Gara-Gara Warisan) yang memerankan seorang pelawak pun sangat
minim melontarkan lelucon dalam film ini. Adegan-adegan lucu di film ini justru
mayoritas hadir pada kelakuan ayah dan ibu yang notabene bukan murni komedian. Boris Bokir (Mau Jadi Apa?) sebagai si sulung dan si bungsu Indra Jegel (The Guys) juga berakting kuat secara dramatis. Ketiganya sukses melepaskan
image komediannya sepanjang film.
Kedua orang tua bermain apik dengan chemistry love hate orang tua yang sudah (terlalu) lama menikah. Duet Arswendy dan Tika Panggabean (Laskar Pemimpi, Arisan) adalah salah satu bagian terbaik di film ini. Satu aktor lain yang paling mencuri perhatian adalah Gita Bhebhita (Comic 8, seri Keluarga Badak). Gita adalah aktor terbaik di antara ansambel aktor di film ini. Karakter Sarma yang penurut dan pendiam diolahnya menjadi karakter luar biasa dengan kualitas akting hebat dalam sebuah adegan long take di klimaks film. Bagi saya, Gita adalah salah satu kandidat kuat meraih Piala Citra di FFI 2022 nanti.
Dari sisi teknis, lokasi syuting
di sekitar danau toba yang otentik menjadi bagian dari produksi yang apik.
Sinematografer Padri Nadeak (Dua Garis Biru, Hit & Run) bekerja
baik dalam menangkap gambar alam di sekitar Toba apa adanya, tanpa berusaha mempercantik secara artifisial. Cara mengatur blockingan pemain yang esensial di
adegan klimaks penuh haru pun jadi salah satu keunggulannya. Penggunaan cermin di adegan long take menjadi kunci adegan yang menarik di film ini. Kemampuan
Bene dalam mengatur artistik dan mengarahkan pemain jadi salah satu keunggulan
film ini.
Sisi tata musik adalah bagian
terbaik dari sisi teknis. Di tangan penata musik Viky Sianipar (Toba Dream) musik dalam film ini terasa otentik adat
batak dengan menginjeksikan lagu-lagu Batak yang sudah ada dipadukan dengan
komposisi musik instrumental dengan memakai alat musik yang lazim dipakai di
musik-musik adat batak. Dalam konferensi pers setelah menonton, Bene mengakui
sendiri musik-musik yang diaransemen Viky Sianipar banyak membantu film menjadi
lebih dramatis dan lebih bermakna di beberapa adegan. Salut.
Beberapa catatan bagi peminat film ini adalah tidak perlu khawatir dengan adat batak yang menjadi latar belakang keluarga di film ini. Film ini tidak fokus di sana, karena soal patriarki dengan ayah sebagai kepala keluarga yang otoriter menjadi konflik utama di film ini. Adat batak memang tetap mendapat porsi besar dan diperkenalkan dengan baik dan efektif dengan cara yang efisien, seimbang diutarakan baik lewat dialog maupun visual. Satu lagi adalah, film ini sangat dekat dengan para perantau dan akan mengingatkan mereka pada orang tua dan kampung halaman.
Kesimpulan Akhir
Ngeri-Ngeri Sedap adalah salah
satu film Indonesia terbaik dekade terakhir. Dengan naskah yang kuat, akting papan
atas serta kualitas produksi apik, film yang diproduseri Ernest Prakasa (Cek Toko
Sebelah, Imperfect), Dipa Andika (Milly & Mamet) dan Angga Dwimas Sasongko (Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini, Filosofi
Kopi) ini tampil menghangatkan hati dan menenangkan jiwa. Sebuah
film keluarga yang layak diganjar banyak nominasi Piala Citra di FFI 2022
nanti. Sang penulis/sutradara, Bene Dion
Rajagukguk adalah salah satu aset besar di industri film Indonesia.
Ngeri-Ngeri Sedap tayang di
bioskop mulai tanggal 2 Juni 2022.
Rating: 5/5 stars
Ngeri-Ngeri Sedap | 114 mins | Script & Dir: Bene Dion Rajagukguk |
Cast: Arswendy Beningswara Nasution, Tika Panggabean, Boris Bokir, Gita
Bhebhita, Lolox, Indra Jegel, Indah Permatasari, Pritt Timothy, Trio Obama |
Prod: Imajinari, Visionari
Komentar
Posting Komentar