AFTERMATH (2024) – DUEL ACTION PENUH INTENSITAS DARI BINTANG MUDA HOLLYWOOD
Nama Dylan Sprouse mungkin tidak sehangat kembarannya Cole Sprouse yang memiliki banyak penggemar lewat serial berkat perannya sebagai Jughead di serial Riverdale. Namun mantan bintang cilik di film Big Daddy dan serial Friends ini juga punya barisan judul film oke di masa remajanya. The Beautiful Disaster dan After We Collided adalah dua film drama romantis yang sempat beredar di bioskop Indonesia.
Kini lewat Aftermath
yang mengusung genre action, Dylan beradu akting dengan aktor muda berbakat
lainnya, Mason Gooding. Film yang disutradarai oleh Patrick Lussier
(Drive Angry, My Bloody Valentine 3D) ini juga dibintangi oleh Dichen
Lachman, Megan Stott, Kevin Chapman dan Nick Apostolides. Aftermath
sedang tayang di bioskop Indonesia.
Sinopsis
Eric (Dylan Sprouse), seorang
mantan marinir veteran perang yang menderita PTSD mengalami peristiwa yang memicu
kembali rasa traumanya saat mencoba kembali puang ke rumahnya. Bersama adik
remajanya, Madeline (Megan Stott), mereka terjebak serbuan para mantan
tentara militer bersenjata penuh pimpinan Romeo (Mason Gooding) yang
hendak melakukan revolusi dengan tujuan utama membebaskan seorang tahanan
bernama Samantha ‘Doc’ Brown (Dichen Lachman) yang menjadi sumber
intelejen pemerintah.
Ulasan
Dengan set utama di sebuah
jembatan yang jadi sasaran teroris. Film Aftermath terbilang
berhasil memberikan tontonan action dengan intensitas terjaga dan alur cerita padat.
Pengalaman Patrick Lussier menangani film-film IP besar dengan bujet minimal
membuat film ini terasa tidak murahan untuk film action kelas B.
Perseteruan dua aktor muda Dylan
Sprouse dan Mason Gooding yang dijual di dalam materi promo juga digambarkan baik
dalam film ini. Usaha Eric menyelamatkan dirinya dan adiknya berjalan penuh
ketegangan disertai aksi kucing-kucingan dan adu tembakan.
Dari sisi naskah memang bukan
sebuah premis yang luar biasa, namun keberanian penulis naskah debutan Nathan
Graham Davis dalam menyorot tema rahasia gelap dunia militer yang mungkin
saja terjadi. Eksposisi cerita yang menyoal Post-Traumatic Stress Disorder yang
dialami Eric saat penugasan perang juga jadi sisi lain cerita yang cukup
menarik. Dualisme para eks militer dalam film ini jadi dinamika yang menarik
dalam film.
Memang tidak serta-merta jadi
sebuah film action yang berlatar belakang drama yang sempurna, tetapi
membuatnya jadi film yang tidak sekadar dar-der-dor, tetapi juga memiliki
sensitivitas karakter yang penuh kepedulian pada kondisi mental para eks-militer.
Treatment action dalam film ini tampak sesuai dengan bujetnya yang sederhana. Aksi tembak-tembakan, ledakan dan tarung tangan kosongnya terasa memuaskan. Patrick Lussier adalah sutradara yang tanpa tedeng aling-aling memberikan suguhan action seru dengan dramatisasi karakter yang menjadi latar belakang yang menguatkan plot.
Dari sisi akting, pengalaman Dylan
Sprouse yang sudah berakting sejak kecil membuat penampilannya terasa effortless.
Dengan looks yang sedikit mirip mendiang Paul Walker dan kekuatan aktingnya, membuat
Dylan jadi salah satu aktor muda berbakat saat ini. Pun begitu dengan Mason
Gooding (Scream 5, Booksmart) yang tampil apik sebagai antagonis.
Tidak ada lagi bayang-bayang sang ayah, Cuba Gooding Jr. Kini Mason siap
menyambut masa depan sebagai aktor muda Hollywood.
Kesimpulan Akhir
Aftermath jadi tontonan
asyik buat pelepas penat dengan kisah action yang intens penuh ketegangan dan
menampilkan duet aktor muda masa depan Hollywood dalam sosok Dyla Sprouse dan
Mason Gooding. Saksikan film Aftermath yang saat ini sudah tayang di bioskop
khusus XXI
Komentar
Posting Komentar