REVIEW FILM 6,9 DETIK (2019) – KISAH INSPIRATIF SANG SPIDER-WOMAN NAMUN KURANG ESENSI
Aries Susanti Rahayu
adalah nama yang baru dikenal masyarakat Indonesia saat meraih gelar juara
dalam kejuaraan Panjat Tebing tingkat dunia IFSC World Cup 2018 serta menyabet
medali emas Asian Games 2018. Ia sampai dijuluki sebagai Spider-Woman karena keahliannya memanjat dinding. Kesuksesan dan kisah inspiratif dibalik
perjuangan wanita yang akrab dipanggil Ayu dalam meraih prestasi ini rupanya
menarik berbagai pihak untuk dibuatkan versi filmnya.
Lola Amaria adalah sosok yang beruntung menjabat sutradara
dalam film yang diberi judul 6,9 Detik ini. Film yang diproduksi oleh Lola
Amaria Production House bekerjasama dengan berbagai instansi pemerintah
termasuk dukungan dari Federasi Panjat Tebing Indonesia (FPTI) ini dibintangi
sendiri oleh Aries Susanti Rahayu, Ariyo
Wahab, Rukman Rosadi, Rangga Djoned, Maryam Supraba, Briliana Arfira, Nesya
Chandria dan Kayla Ardianto. Film
6,9 Detik direncanakan tayang mulai tanggal 26 September 2019 di seluruh
bioskop Indonesia.
Sinopsis
Ayu kecil (Kayla
Ardianto) hidup bahagia dengan ayah ibu dan saudara kandungnya sampai pada
satu titik dimana sang Ibu (Briliana
Arfira) memutuskan untuk bekerja sebagai TKW di luar negeri. Merasa
kesepian walau diasuh Ayah (Rukman Rosadi) dan Budenya (Maryam Supraba), namun
Ayu tetap meras kehilangan kasih sayang ibu.
Ayu yang tomboy, suka olahraga, bermain dengan anak
laki-laki sampai gemar memanjat pohon tinggi, membuat gurunya mengikutkannya
pada Porseni antar sekolah, Ayu pun menjadi juara di ajang balap lari. Bakat
Ayu dalam bidang olahraga pun makin terasah sampai Ayu remaja (Nesya Chandria) sehingga bakatnya tercium
oleh pencari bakat cabang panjat tebing. Dengan bakat dan keuletannya Ayu direkrut
latihan di pemusatan daerah. Namun tekanan untuk meraih prestasi dan rasa rindu
serta kehilangan ibu membuatnya jatuh dan mencoreng nama baiknya.
Beruntung, Ayu masih diberi kesempatan dan ketika Ayu dewasa
(Aries Susanti Rahayu), ia berhasil meraih satu tempat di
pemusatan nasional untuk persiapan Asian Games 2018. Namun, jalan untuk meraih
medali emas tidak mudah, karena latihan yang Ayu jalani sangat keras ditambah
pelatih yang galak dan ultra disiplin, Hendra (Ariyo Wahab) yang melatihnya.
Ulasan
Lola Amaria
adalah nama sutradara wanita yang tidak asing bagi pemerhati dunia perfilman
Indonesia berkat karya-karyanya yang bisa dibilang sangat Indonesia, seperti Minggu Pagi di Victoria Park, Kisah Tiga
Titik atau film omnibus, Lima.
Ciri khas Lola yang mengangkat kisah-kisah yang dekat dengan kehidupan sosial
masyarakat di Indonesia, apalagi dengan isu buruh migran seperti yang dilalui
oleh ibunda dari Ayu ini menjadi ciri
yang jarang lepas dari sutradara berusia 42 tahun ini.
Untuk mengarahkan film 6,9 Detik ini, Lola tidak sendirian
dan menyutradarai film berdua dengan Tika
Pramesti sebagai co-director.
Tika yang sebelumnya pernah menyutradarai salah satu segmen dalam film Omnibus Lima dan Sanubari Jakarta kembali bekerjasama dengan Lola untuk menerjemahkan
naskah tulisan Sinar Ayu Massie (Love You.. Love You Not, Susi Susanti: Love
All) ke medium layar lebar.
Secara teknis film memiliki keunggulan dengan kesederhanaan
tapi menghasilkan gambar yang bagus. Meskipun footage gambar saat tanding di Asian Games terasa jomplang dengan
kualitas adegan film yang disyut namun patut dimaklumi mengingat gambar saat
lomba tersebut hanyalah kualitas broadcast.
Untungnya adegan lomba tidak berapa lama ditampilkan di dalam film.
Adegan di Asian Games adalah sebagian dari kehidupan Ayu
dewasa yang diceritakan fokus latihan dan hanya sekali berinteraksi dengan
ibunya. Ayu yang di awal film bertekad meraih prestasi agar ia bisa mandiri dan
ibunya tidak perlu jadi TKW demi menyekolahkan Ayu dan kakak-kakaknya ini
digambarkan bertekad kuat. Namun sayangnya adegan latihannya terasa kurang dramatis
untuk memperlihatkan betapa kerasnya perjuangan Ayu.
Bagian kehidupan masa kecil dan remaja Ayu yang menjadi daya
tarik bagi penulis dan memakan separuh durasi film pun terasa datar di sebagian
besar screentimenya. Terutama saat
Ayu remaja, sementara bagian Ayu kecil adalah bagian terbaik dalam film yang berjasa
membuat penonton peduli dan berempati oleh Ayu kecil.
Memakai bakat para pemain yang cukup ciamik dalam berakting,
sayangnya film ini terasa menyia-nyiakan bakat tersebut. Nyaris tidak ada yang
diberikan kesempatan untuk memamerkan kekuatan aktingnya. Tidak ada konflik
yang timbul antara Ayu dengan karakter bapak, bude, bahkan dengan pelatihnya
yang galak konflik yang timbul sebatas Ayu dimarahi saja. Tidak ada balasan
akting yang setimpal antara satu sama lainnya. Praktis hanya Ibunya Ayu yang diperankan
oleh Briliana Arfira yang diberikan
kesempatan untuk menunjukkan kemampuan aktingnya.
Rukman Rosadi (Love For Sale, Bridezilla), Ariyo Wahab (Suami Yang Menangis) dan para
aktor langganan Lola, Maryam Supraba
(Kisah Tiga Titik, Dilarang Menyanyi di
Kamar Mandi) dan Rangga Djoned (Kisah Tiga Titik) mendukung ketiga pemeran Ayu, Kayla Ardianto (Ayu Kecil), Nesya Chandria (Ayu remaja) dan sang
atlet Aries Susanti Rahayu yang
memerankan dirinya sendiri sebagai Ayu dewasa.
Kekurangan dari sisi naskah adalah yang paling kentara dalam
film ini dari sisi kurangnya letupan konflik dan intensitas yang menunjukkan
kerasnya perjuangan Ayu beriringan dengan kerinduannya dengan keluarga. Film
terasa datar menginjak babak kedua, sementara babak ketiga-nya terbantu oleh montage latihan Ayu dan footage saat event Asian Games dari
babak awal sampai final saat Ayu meraih medali. Makna 6,9 detik yang menjadi
judul film pun kurang digaungkan untuk menjadi motivasi tambahan Ayu meraih
prestasi.
Walau begitu, film ini merupakan sebuah preseden yang baik
dalam memberikan tontonan inspiratif sekaligus sebagai apresiasi pemerintah
yang turut ambil bagian dalam produksi film ini pada prestasi atlet-atlet Indonesia.
Apalagi dalam waktu dekat akan diluncurkan juga film biopik Susi Susanti. Pemilihan
Lola Amaria sebagai pembuat film pun patut diacungi jempol dengan kemampuan dan
kualitas film-film terdahulunya yang cukup baik.
Kesimpulan Akhir
Mengangkat kisah perjuangan Aries Susanti Rahayu, atlet wanita peraih juara dunia dan medali
emas Asian Games 2018 cabang Panjat Tebing, film 6,9 Detik agak datar dalam bercerita dan kurang lancar menyampaikan esensi film, meskipun awalnya cukup efektif mengenalkan karakter Ayu dan membuat penonton
bersimpati padanya. Sebuah film yang inspiratif dan usaha yang cukup baik dalam
memberikan apresiasi pada para atlet Indonesia.
My Rate: 3 out of 5 Stars
My Rate: 3 out of 5 Stars
6,9 Detik | 78 mins | Dir: Lola Amaria | Cast: Aries Susanti Rahayu, Rukman Rosadi, Ariyo Wahab, Maryam Supraba, Briliana Arfira, Nesya Chandria, Kayla Ardianto, Rangga Djoned | Genre: Drama Biopik | Prod: Lola Amaria Production
Komentar
Posting Komentar