REVIEW FILM ABOMINABLE (2019) - FILM ANIMASI INDAH PENUH MAKNA MENDALAM TENTANG ARTI KELUARGA
Disuarakan oleh Chloe Bennet (serial Agents of Shield), Albert Tsai, Tenzing Norgay Trainor, Sarah Paulson (Ocean's Eight, Glass), Joseph Izzo (The Boss Baby, Kung Fu Panda 3), Tsai Chin (Now You See Me 2), Eddie Izzard (Victoria and Abdul) dan lain-lain, film Abominable akan tayang di seluruh bioskop Indonesia mulai tanggal 4 Oktober 2019.
Sinopsis
Yi (Chloe Bennet) adalah seorang remaja putri yang bertekad untuk berkeliling negeri Cina dengan bekerja serabutan demi mengumpulkan uang untuk biaya perjalanannya. Kesibukan Yi bahkan sampai melupakan kehadiran Ibu (Michelle Wong) dan Nai Nai, neneknya (Tsai Chin). Salah satu alasan Yi berkeliling Cina adalah sebagai jalan untuk melupakan kematian ayahnya yang tewas beberapa waktu sebelumnya.
Di tengah kerja kerasnya, ternyata Yi bersinggungan dengan seekor Yeti (monster salju legenda dari Himalaya - red) yang kabur dari kejaran Dr. Zara (Sarah Paulson) peneliti anak buah dari milyuner Mr. Burnish (Eddie Izzard) yang berambisi untuk menangkap dan membuktikan keberadaan Yeti kepada dunia. Yi berteman dengan Yeti yang kemudian ia namakan Everest (Joseph Izzo) dan memutuskan untuk membantu Everest pulang ke rumahnya di puncak Everest, Himalaya. Sebuah petualangan seru pun dihadapi Yi dengan Everest dengan dibantu dua orang tetangganya, Peng (Albert Tsai) yang lugu dan Jin (Tenzing Norgay Trainor) yang tampan namun narsis.
Ulasan
Premis tentang makhluk yang kabur dari kejaran ilmuwan dan perusahan besar lalu berteman dengan manusia adalah premis yang sebenarnya cukup familiar dan terbilang usang. Sebuah tantangan bagi para pembuat film ini terutama sisi naskah yang harus mengambil angle yang segar dan membedakannya dengan film-film berpremis sejenis.
Penulis naskah Jill Culton yang juga ikut menyutradarai film ini agaknya memilih angle penceritaan yang tepat dengan menitikberatkan pada persoalan karakter Yi yang berada di tengah kedukaan dan berusaha untuk melanjutkan hidup normal paska kematian ayahnya. Interaksi Yi dengan Ibu dan Neneknya yang digambarkan renggang karena Yi menarik diri menjadi sebuah konflik yang menarik dan cukup serius.
Tema film berskala besar dari sisi perusahaan multi internasional yang berusaha menangkap Everest serta serius dari sisi konflik keluarga Yi mengimbangi kelucuan dan keseruan tingkah Everest, apalagi saat sang Yeti bermain bersama Peng. Sutradara Todd Wilderman dan Jill Culton sepertinya banyak mengambil elemen dari karakter Toothless yang imut dan menggemaskan untuk karakter Everest dalam film ini.
Everest yang merupakan seekor monster memiliki tingkah polah yang lucu dan lugu. Bakat magisnya juga mampu memberikan warna sendiri pada film, meskipun awalnya sedikit aneh dan mengada-ada saat melihat bahwaYeti memiliki kemampuan sihir, tapi ya sudahlah, Yeti sendiri kan makhluk khayalan yang tidak terbukti keberadaannya. Kreativitas para pembuat film memasukkan elemen komedi slapstick, tingkah imut Everest serta tingkah aneh Jin dan Peng yang memiliki ciri masing-masing menjadi bagian terbaik dari film.
Adegan aksi kejar-kejaran pun dibuat cukup seru dengan latar belakang lokasi-lokasi indah di daratan China, salah satunya adalah Leshan Giant Buddha Statue yang ditampilkan dalam film ini. Keputusan yang cukup menarik soal pemilihan lokasi dan karakter Cina karena selain agak jarang diangkat di dalam film produksi Hollywood, juga mempunyai keunggulan dari sisi box office untuk meraih banyak penonton di Cina yang sangat berpengaruh pada pemasukan film nantinya.
Secara produksi kualitas animasi film patut dipuji. Kualitasnya sangat baik walau masih kalah dari sisi keindahan visual jika dibandingkan dengan film How To Train Your Dragon 3: Hidden World yang memiliki bujet lebih besar. Sementara pengisi suara cukup baik dalam menyuarakan karakter masing-masing dan sebuah hal menarik melihat data bahwa para karakter berkebangsaan Cina disuarakan oleh para pengisi suara yang juga merupakan keturunan Cina.
Di luar banyak keunggulan film ini ada beberapa kekurangan dalam hal penuturan cerita. Adegan flashback yang disisipkan ditransisikan kurang smooth dan sedikit mengganggu cerita. Plotnya sendiri terasa datar dan monoton di beberapa bagian. Selain itu saat para karakter utama terpisah adegannya juga terasa tidak seimbang dan karakter antagonisnya kurang memorable. Turning point seorang karakter di akhir-akhir film juga terasa tiba-tiba. Semua kekurangan ini sejujurnya hanya poin-poin minor bagi penulis yang menikmati film ini dari awal sampai akhir sebagai sebuah film yang menghibur dan memiliki pesan dan makna mendalam tentang pandangan Yi terhadap arti keluarga di dalam hidupnya.
Kesimpulan Akhir
Abominable memang bukan film yang luar biasa bagus, namun memiliki pesan mendalam tentang arti keluarga dalam bungkus film petualangan berskala besar untuk menyelamatkan sesosok monster Yeti yang lucu dan menggemaskan. Dari sosok monster salju raksasa ini penonton akan mendapatkan pelajaran tentang keharmonisan keluarga, kesetiakawanan dan sikap tolong menolong. Abominable menjelma menjadi sebuah film animasi anak-anak yang memiliki pesan bersahaja di tengah plot besar yang dialirkannya.
My Rate: 3,5 out of 5 stars
Abominable | 97 mins | Dir: Jill Culton & Todd Wilderman | Script: Jill Culton | Voice Cast: Chloe Bennet, Albert Tsai, Tenzing Norgay Trainor, Tsai Chin, Sarah Paulson, Eddie Izzard, Michelle Wong, Joseph Izzo | Dreamworks Studio, Universal Studio | Genre: Animation, Adventure
Komentar
Posting Komentar