Sri Asih (2022) – Film Superhero Indonesia Terbaik Saat Ini

Usai sudah penantian panjang pada film lanjutan Bumilangit Cinematic Universe (BCU), alias film semesta para superhero /adisatria dari karakter komik terbitan Bumilangit, setelah Gundala di tahun 2019 lalu. Sri Asih, adisatria perempuan rekaan R.A. Kosasih yang sempat muncul di akhir film Gundala kini hadir dalam film panjang pertamanya di BCU.

Disutradarai oleh sutradara perempuan berpengalaman, Upi, yang memakai jasa Pevita Pearce sebagai sang jagoan, didukung all star cast dalam sosok Jefri Nichol, Reza Rahadian, Christine Hakim, Surya Saputra, Dimas Anggara, Revaldo, Jenny Zhang plus kehadiran kembali Aqi ex-Alexa dan Ario Bayu dari film Gundala. Sri Asih tayang 17 November 2022 serentak di bioskop.

Menceritakan origins Sri Asih, sang Patriot yang terus eksis melalui titisan di setiap zaman, kali ini anugerah ini turun kepada sosok Alana (Pevita Pearce) anak angkat Sarita (Jenny Zhang) wanita kaya pengusaha sekaligus pemilik sasana tinju yang melatih Alana bertarung sejak kecil. Suatu malam, Alana mengalami mimpi didatangi oleh sosok perempuan berambut api yang dulu juga pernah mendatanginya saat masih di panti. Sejak itu, Alana merasakan gejolak amarah yang membara dan membuatnya tidak bisa mengendalikan diri.

Praktik korupsi di kepolisian yang membebaskan si penyiksa perempuan, Mateo (Randy Pangalila) putra pengusaha Prayogo (Surya Saputra) memancing amarah Alana untuk menantangnya di atas ring. Tidak hanya Alana yang geram, sosok polisi jujur Jatmiko (Reza Rahadian) juga sama kesalnya. Kegeraman Alana pun dilampiaskan di atas ring dan Alana memantik kemunculan sang monster di dalam dirinya. Sebuah peristiwa pembunuhan membuat Alana dituduh sebagai pelaku dan membuatnya jadi buronan polisi dan Prayogo lewat tangan kanannya yang bengis Jagau (Revaldo).

Tanpa mengetahui apa-apa, hidup Alana dan Sarita pun terancam. Sosok Kala (Dimas Anggara) dan Eyang Mariani (Christine Hakim) jadi penolong dan membantu Alana sembunyi dari kejaran Prayogo sekaligus memahami dan menjinakkan ‘monster’ dalam dirinya. Alana bekerjasama dengan sahabatnya Tangguh (Jefri Nichol) dan Jatmiko pun terus menyelidiki siapa sosok yang menjebaknya, yang diduga memiliki rencana besar mengancam kehidupan dunia.

Sukses Memperjelas Skema Jahat Ghazul

Sri Asih sebagai kisah lanjutan dalam semesta sinema Bumilangit terbilang sukses dalam misinya menceritakan dengan lebih jelas soal skema jahat sang mastermind utama di film Gundala lalu, Ghazul (Ario Bayu). Kalau kita ingat akhir film Gundala, Ghazul sukses membangkitkan Ki Wilawuk (Sujiwo Tedjo) tanpa dijelaskan apa maksudnya, di film Sri Asih ini semua terjelaskan dengan baik. Ghazul kembali menggerakkan pion-pionnya demi tujuan besar yang mengerikan.

Film Sri Asih ini memang dibuka dengan Alana kecil yang bersahabat dengan Tangguh sejak di panti, lalu diadopsi oleh Sarita, mengesankan sebuah kisah origins/asal mula kemunculan Sri Asih, namun tidak serta merta menjelaskan secara runut. Meskipun baik menampilkan Alana yang tangguh dan jago berkelahi, naskah yang ditulis Upi (My Stupid Boss, My Generation) bersama Joko Anwar (Arisan, Gundala) terbata-bata dalam menceritakan ancaman ‘monster’ dalam diri Alana. Apa sih yang sebenarnya harus dilawan Alana? Bagaimana cara melawannya pun tidak pernah terjelaskan dengan baik.

Begitu pun soal histori Sri Asih, daripada menceritakan lewat visual, dengan durasi film 2 jam 15 menit, ujung-ujungnya penonton diberikan informasi soal itu lewat dialog dan beberapa footage dari Sri Asih era Nani Wijaya yang wajahnya diganti pemeran lain yang diedit secara tidak proporsional antara kepala dan tubuh. Ini hanya sedikit mengganggu saja, tidak sampai bikin kesal. Untungnya tugas narator diberikan pada Christine Hakim yang mendramatisasi dengan baik momen tellingnya. Skrip juga terasa terburu-buru menceritakan soal misteri pembunuhan dan menyiapkan kecohan yang tidak terasa mengecoh, apalagi bagi pembaca komiknya.

Di luar kekurangan-kekurangan itu, film ini secara keseluruhan adalah film yang utuh dan memuaskan. Para aktor utama yang semuanya adalah bintang film papan atas Indonesia mampu memberikan penampilan terbaiknya. Pevita Pearce (Love in Perth, 5 Cm) adalah bintang utamanya, tidak ada yang mampu merebut spotlight dari sang Sri Asih modern ini. Dedikasinya membentuk tubuh yang atletis, berlatih bela diri jujitsu dan melakukan nyaris 90% adegan laga dan stunt dalam film membuahkan karakter Pevita yang baru, bukan lagi hanya pandai akting saja seperti, tapi juga sematan baru aktris laga.

Aktor lain yang berkesan adalah Tangguh yang dimainkan Jefri Nichol (Dear Nathan, Aum), karakter wartawan nerd dan terkesan lemah dibawakan dengan baik membuat lupa pada karakter asli Nichol di luar film yang keras. Surya Saputra (Dear Nathan, Arisan) juga memberikan sesuatu yang berbeda di perannya sebagai antagonis Prayogo dengan gaya bicara unik dan khas. Sementara Revaldo (30 Hari Mencari Cinta, The Night Comes For Us) masih tampil believable sebagai si brengsek Jagau.

Dari sisi  teknis, koreografi dan efek visual menjadi departemen yang paling menonjol di dalam film. Uwais Team yang merancang koreografi sangat baik memberikan suguhan gaya koreo berkelahi yang luar biasa berkesan di dua sekuens pertarungan one on one. Pertarungan brutal ala MMA saat Mateo vs Alana di dalam ring, serta Alana vs Villain di klimaks film yang memadukan koreografi dan visual efek teleport yang sangat keren. Efek visual di pertarungan klimaks membuat penulis teringat pada karakter serangan Nightcrawler ke White House di awal film X-Men 2.

Visual effect yang sering jadi momok di film Indonesia jadi hal yang paling mengkhawatirkan sebelum penayangan film Sri Asih atau film superhero Indonesia lain. Overall, kerja keras tim visual effects yang diklaim Upi 100 % dikerjakan anak negeri ini dapat kami simpulkan sangat memuaskan. Momen klimaks pertarungan Alana vs Villain menjadi highlightnya, namun ada beberapa bagian yang mengganggu, yaitu gerak cepat Alana saat bertarung. Penulis merasakan kecanggungan dalam menggabungkannya dengan koreografi perkelahian, editing dan kameramen.

Sinematografi yang digawangi M. Arfian (Dear Nathan Thank You Salma, Teka Teki Tika) memang bukan kaleng-kaleng, namun ada banyak gerak kamera yang terasa canggung saat menangkap adegan tarung Alana melawan para anak buah. Editing Teguh Raharjo (Wiro Sableng, Sebelum Iblis Menjemput) juga beberapa kali gagal memberikan efek dahsyat pada pertarungan Alana melawan anak buah. Namun ini bukan serta merta salah mereka berdua ada kolaborasi yang kurang sreg juga dengan para pemain. Pevita yang bukan atlet bela diri harus berakting tarung melawan banyak aktor yang dikoreografikan sedemikian lupa. Bukan hal yang mudah dan perlu kekompakan dan konsentrasi tinggi. Di luar itu, tim penata busana, make up, tata musik dan suara bekerja dengan cukup baik dalam film ini.

Film Superhero Indonesia Terbaik Sejauh Ini

Di luar dari kekurangan-kekurangannya dari sisi teknis dan penceritaan, Sri Asih kami nobatkan sebagai fim superhero Indonesia terbaik sejauh ini, memang daftar filmnya tidak banyak, tapi gap-nya cukup jauh. Dengan keunggulan dari all star cast, tata produksi apik dan cerita yang memperjelas skema cerita besar di semestanya, Sri Asih sangat layak ditonton di bioskop.

Megah, seru, keren, dengan penampilan total dari Pevita Pearce dan dukungan para cast papan atas film dan karakter Sri Asih adalah sebuah kebanggaan besar dan layak dijadikan panutan bagi seluruh anak Indonesia. Ayo dukung dengan nonton di bioskop, biar kisah BCU berlanjut dan banyak film bergenre serupa yang diproduksi.

Sri Asih tayang serentak di bioskop mulai 17 November 2022

Rate: 4/5 stars

Komentar

Postingan populer dari blog ini

LONGLEGS (2024) – HOROR THRILLER DISTURBING BIKIN MERINDING SEBADAN-BADAN

THE EXORCISM (2024) – KISAH PENGUSIRAN SETAN YANG BERBEDA TAPI TAK KALAH NGERI

GITA CINTA DARI SMA (2023) – ADAPTASI PROGRESIF DARI ROMAN REMAJA TERHALANG RESTU