REVIEW FILM RADIOACTIVE – BIOPIK MARIE CURIE DENGAN KEHIDUPANNYA YANG DRAMATIS
Marie Curie adalah satu nama ilmuwan yang memiliki kontribusi sangat signifikan dalam dunia sains dan kesehatan berkat penemuan elemen polonium dan radium pada tahun 1898 bersama dengan suaminya Pierre Curie. Nama Marie lebih menonjol dikarenakan minimnya ilmuwan perempuan pada masa itu serta keinginan dari Pierre sendiri yang merasa Marie adalah sosok paling berjasa dalam penelitian mereka.
Kini dinamika kehidupan Marie
Curie dengan watak kerasnya diangkat dalam sebuah film berjudul Radioactive
dengan Rosamund Pike berperan
sebagai Marie dengan dukungan dari Sam
Riley, Anya Taylor-Joy, Sian Brooke dan Anaurin Barnard. Disutradarai oleh Marjane Satrapi, Radioactive akan tayang segera di bioskop
Indonesia.
Sinopsis
Watak dan keinginan keras Marie
Sklodowska (Rosamund Pike) untuk
melakukan penelitian independen tidak mendapat dukungan dari kelompok ilmuwan
yang didominasi para pria paruh baya. Namun seorang ilmuwan muda bernama Pierre
Curie (Sam Riley) rupanya tertarik
dengan proposal Marie dan mengajaknya bekerjasama melakukan penelitian bersama.
Gayung bersambut, Marie pun menerima ajakan tersebut dan berujung pada hubungan
asmara keduanya.
Pernikahan Pierre dan Marie tidak
bisa dihindarkan lagi dan menjadi sebuah awal dari langkah besar di dalam dunia
sains. Keduanya bekerja keras menemukan elemen Radium dan Polonium dan
mendapatkan hadiah nobel karenanya. Marie yang tengah hamil besar marah karena
tidak bisa menerima sendiri nobel tersebut, namun Pierre meyakinkan Marie bahwa
dunia tidak akan melupakan nama Marie Curie dalam dunia sains.
Namun sebuah kenyataan yang menakutkan
bagi Marie bukanlah nama besarnya, tetapi seberapa besar kontribusi positif
yang ia berikan dibanding negatif. Bagai dua mata pedang, elemen radioaktif
yang ia temukan memang berjasa sebagai bahan materi pengobatan kanker, tetapi
juga destruktif sebagai bahan dasar bom atom dan nuklir.
Ulasan
Nama sutradara kelahiran Iran Marjane Satrapi bukanlah nama
sembarangan dalam industri sinema di Eropa. Film debutnya Persepolis (2007) yang diadaptasi dari komik autobiografi yang
Satrapi buat sendiri, merupakan sebuah film bergaya animasi yang banyak dipuji
kritikus dan dianggap sebagai sebuah film yang berani mengungkap kisah remaja
perempuan muslim di Teheran, Iran, yang represif dan tidak ramah bagi
perempuan.
Lewat Persepolis, Satrapi
dianggap sebagai salah satu sutradara berbakat yang diramalkan akan memiliki
karier menjanjikan di masa depan. Setelahnya Satrapi pun menyutradarai beberapa
film yang sepertinya tidak jauh bermain di koridor idealismenya, yaitu women empowerment.
Dalam Radioactive, Satrapi
mencoba memberanikan diri kembali mengangkat genre autobiografi dari seorang
ilmuwan perempuan ternama, Marie Curie. Sebuah proyek yang tidak keluar dari
idealisme, tetapi juga sedikit menyebrang ke ranah komersil. Gaya penceritaan
yang Satrapi gunakan di film ini cukup unik, dengan sisipan kisah di masa depan
membahas sisi positif dan negatif dari penemuan Marie. Sebaran sisipan adegan
ini terasa acak dan berpotensi membingungkan penonton awam. Sebuah keputusan
kreatif yang unik dan berani.
Untuk plot perjalanan Marie dari awal bentroknya dengan kelompok ilmuwan, bertemu Pierre sampai akhirnya mereka menikah di akhir babak pertama film digambarkan dengan cepat dan ringkas. Banyaknya dialog untuk menggambarkan karakter dan membangun chemistry Marie dan Pierre cukup berhasil, hanya saja terasa kurang mengikat. Adegan setelah menikah sebagai pembuka babak kedua menjadi titik balik film berjalan intens.
Usaha keras Marie dan Pierre menemukan elemen Radium dan Polonium digambarkan dengan baik, hubungan mesra keduanya di luar lab juga cukup mendebarkan, konflik di tengah babak soal penghargaan nobel membuat tensi tambah naik namun sayangnya hanya sampai situ. Setelahnya nyaris tak ada pemantik konflik lagi di film berdurasi 109 menit ini.
Inilah
kelemahan utama dari naskah yang ditulis Jack
Thorne (Enola Holmes, The Aeronauts) yang
diadaptasi dari buku karangan Lauren
Redniss bertajuk Radioactive: Marie
& Pierre Curie A Tale of Love and
Fallout, karena tidak mampu lagi menaikkan tensi setelah tragedi yang menimpa Marie dan Pierre. Bahkan usaha untuk mengangkat isu kesehatan, baik mental, psikis dan fisik pun tidak digarap matang dan terasa setengah-setengah.
Rosamund Pike (Gone Girl, I Care A Lot) tampil total dalam perannya sebagai Marie muda sampai mulai menua. Karakter keras Marie, sebagai ilmuwan wanita muda Polandia yang merantau di kehidupan keras Paris diejawantahkan dengan baik oleh Pike. Duetnya bersama Sam Riley (Control, Maleficent) mampu memantik chemistry yang menarik, sayangnya dalam beberapa momen adu akting, pesona Riley belum mampu menandingi Pike.
Film ini sebenar-benarnya adalah
panggung buat Rosamund Pike yang mendominasi 95% film, sementara Anya Taylor-Joy (Last Night in Soho, The Witch) sebagai nama besar lain yang ada
dalam film ini sayangnya kurang diberikan screentime yang cukup untuk
menunjukkan kualitas aktingnya. Aktor pendukung lain dalam film ini tidak ada
yang menonjol dan berperan sesuai porsinya.
Dari sisi teknis, Satrapi dan tim tidak mampu berbuat banyak dalam periode waktu untuk plot Marie, sementara sisipan adegan di masa depan, termasuk di Amerika, Jepang dan Chernobyl memiliki desain produksi yang lebih wah. Faktor bujet yang minim terlihat jelas dalam kualitas teknis film ini. Sinematografi, artisitik Paris di akhir 1800-an, tata busana dan spesial efek sama sekali tidak ada yang menonjol.
Kesimpulan
Radioactive memberikan
gambaran jatuh bangun Marie dan Pierre Curie dalam menemukan tonggak penemuan
besar dalam elemen bernama Polonium dan Radium dengan detail menarik dibarengi
dengan perjuangan Marie untuk bisa setara dengan ilmuwan pria. Walau konfliknya
cenderung datar, namun film Radioactive mampu mengeluarkan kualitas
akting Rosamund Pike yang baik, sekaligus membagikan pengetahuan ke khalayak tentang sosok bersejarah, Marie Curie.
Radioactive | 109 mins | Dir: Marjane Satrapi | Script: Jack Thorne, Laura Redniss (book)| Cast: Rosamund Pike, Sam Riley, Anaurin Barnard, Sian Brooke, Katherine Parkinson, Anya Taylor-Joy | Prod: Working Title Films, Shoebox Films | Distr: Studio Canal
Komentar
Posting Komentar