GITA CINTA DARI SMA (2023) – ADAPTASI PROGRESIF DARI ROMAN REMAJA TERHALANG RESTU
Novel Gita Cinta Dari SMA karangan Eddy D. Iskandar adalah salah satu novel klasik yang sudah pernah difilmkan akhir dekade 1970-an lalu. Dengan karakter legendaris bernama Galih & Ratna, film yang dulunya memasangkan duet Rano Karno & Yessy Gusman muda ini mampu menyamai (bahkan melebihi) level klasik novelnya.
Kini di era modern tahun 2023,
rumah produksi Starvision menggandeng sutradara kawakan Monty Tiwa dalam mengadaptasi ulang Gita Cinta Dari SMA.
Dibintangi Prilly Latuconsina, Yesaya
Abraham, Putri Ayudya, Arla Aliani, Abun Sungkar, Unique Priscilla & Dwi Sasono, film Gita Cinta Dari SMA
sedang tayang di bioskop Indonesia.
Ratna Suminar (Prilly Latuconsina) adalah seorang siswi
pindahan yang di hari pertamanya sudah kepincut sosok siswa tampan Galih
Rakasiwi (Yesaya Abraham). Tidak
butuh lama untuk keduanya jatuh cinta dan jadian, walaupun rintangan menghadang
dala sosok Anton, teman sekolah yang juga naksir Ratna.
Cinta bersemi di antara keduanya
juga mendapat dukungan dari Mbak Ayu (Putri
Ayudya), tante Ratna, namun tidak demikian dengan Ayah Ratna (Dwi Sasono) yang melarang keras
hubungan keduanya karena perbedaan status sosial antara Ratna dengan Galih. Apa
yang harus dilakukan dua remaja dimabuk cinta ini?
Kisah Usang Cinta Tak Direstui Dengan Sentuhan Progresif
Menilik premis yang tidak berbeda
banyak dari versi novelnya, adaptasi modern kisah usang cinta yang tidak
direstui orang tua ini masih terasa relevan diangkat dalam sebuah film roman.
Dengan latar belakang awal tahun 1980-an yang menggunakan bahasa baku, lengkap
dengan pernak-pernik desain set yang otentik dan sesuai zamannya, film Gita
Cinta Dari SMA memberikan pengalaman menonton unik bagi penggemar film
Indonesia.
Naskah yang digarap Alim Sudio (Losmen Bu Broto, Miracle in Cell No 7) mengalir baik dengan
membuka perkenalan pada sosok Ratna Suminar dan Galih Rakasiwi di sekolah.
Bersama teman-teman barunya Erlin (Arla
Aliani), Mimi (Chantiq Schagerl)
dan Nurhandolo (Abun Sungkar), Ratna
memulai inisiatif mendekati si pemuda pecinta seni & syair yang pendiam,
Galih. Penulis pernah menonton film versi tahun 1979 dan seingat kami inisiatif
yang dilancarkan Ratna di film versi barunya ini terasa lebih agresif, walaupun
sama bucinnya.
Sosok Mbak Ayu di versi baru ini
juga lebih menonjol dan dimainkan dengan sempurna oleh Putri Ayudya (Kafir, Ratu
Ilmu Hitam). Karakter Ratna di film ini mendapat dukungan dari para
karakter perempuan di film ini dan walaupun belum mampu melawan kekuasaan sang ayah,
namun setidaknya elemen women support
women cukup menyegarkan dan terbilang progresif ditampilkan di dalam film berdurasi 103 menit ini.
Sosok ayah yang dimainkan oleh Dwi Sasono (Mengejar Mas-Mas, Dua Garis Biru) memang bukan karakter yang penuh dimensi dan terkesan hanya muncul untuk menghalangi asmara Ratna & Galih, tapi kehadirannya memberikan sensasi menyebalkan, bikin kesal dan menjadi antagonis paripurna bagi kami yang menonton. Sebuah pertunjukan akting yang mengesankan dari Dwi Sasono.
Prilly Latuconsina (12 Cerita Glen Anggara, Danur) di luar kontroversi dan kritik padanya bermain baik sebagai anak SMA lagi. Sosok mungil dengan senyum malu-malu yang menawan miliknya tidak hanya membuat hati Galih meleleh, tapi juga penonton kebanyakan. Ratna di tangan Prilly memang tidak sefenomenal Yessy Gusman, tapi cukup meninggalkan kesan. Beban yang ditanggung Yesaya Abraham (Argantara) menggantikan sosok legenda Rano Karno sebagai Galih tidak kalah berat dari Prilly.
Sebagai aktor pendatang baru, Yesaya mampu memberikan kualitas akting yang baik disesuaikan dengan karakter Galih yang pendiam, tidak banyak aneh-aneh, tegas dan penyendiri. Mungkin kemampuan bermain gitar saja lah yang patut ditingkatkan, terutama untuk film sekuelnya nanti. Ya, film Gita Cinta Dari SMA ini akan memiliki sekuel bertajuk Puspa Indah Taman Hati, sesuai dengan judul novel lanjutannya yang juga ditulis Eddy D. Iskandar.
Sutradara Monty Tiwa (Keramat, Matt & Mou) di kerjasama ke sekian kalinya dengan rumah produksi Starvision berhasil menerjemahkan novel yang dirilis tahun ‘70-an, menampilkan latar belakang ’80-an sebagai setting filmnya dan menerjemahkan naskah menjadi relevan dengan kisah remaja masa kini. Walaupun memang trope atau ciri-ciri film remaja pada umumnya saja lah yang ditampilkan, namun ada hal yang lebih menarik di film versi terbaru ini, yaitu elemen musikalnya.
Musik yang digarap oleh Ricky Lionardi (Before, Now & Then: Nana, Puisi Cinta Yang Membunuh) memang banyak mendaur ulang lagu-lagu lama dari film terdahulu plus sebuah lagu dari OST Badai Pasti Berlalu, namun gubahannya terasa lembut di telinga dan tidak mengkhianati versi lalunya. Segara (Putra Ebiet G. Ade) yang dipilih menjadi penyanyi lagu Gita Cinta Dari SMA dan 6 lagu lain sangat baik menyanyikan dengan kualitas vokal apik.
Beban berat yang ditanggung memang
mau tidak mau dirasakan para pembuat film Gita Cinta Dari SMA saat
mengadaptasi novel klasik Eddy D. Iskandar sekaligus meremake film legendaris karya
sutradara Arizal. Namun apa yang dihasilkan tidak lah mengecewakan, bahkan di
beberapa elemen terasa lebih unggul.
Watch it or Leave It?
Harus, wajib. Apalagi para
penonton muda yang ingin mengajaka orang tua mereka bernostalgia menonton kisah
cinta Galih & Ratna yang kini ditampilkan dalam versi modern. Romantis,
gemas, menyenangkan dan mengharukan, Gita Cinta Dari SMA akan memberikan
pengalaman unik kisah cinta remaja berbahas baku dengan latar 1980-an.
Gita Cinta Dari SMA
sedang tayang di bioskop.
Rating: 3,5/5 Stars
Komentar
Posting Komentar