LAAL SINGH CHADDHA (2022) – REMAKE DENGAN STRUKTUR CERITA DAN KEHANGATAN YANG SAMA

Rasanya butuh sebuah keberanian besar untuk me-remake sebuah film besar yang meraih gelar Film Terbaik di ajang Academy Award seperti Forrest Gump, dan Bollywood melalui rumah produksi milik Aamir Khan mencoba melakukannya dengan semangat tinggi dan tanpa mengubah struktur ceritanya.

Film yang diberi judul Laal Singh Chaddha ini disutradarai oleh Advait Chandan (Secret Superstar) dan dibintangi oleh sang superstar Aamir Khan dan didukung oleh Kareena Kapoor, Naga Chaitanya Akkineni, Mona Singh, Manav Vij dan penampilan khusus dari Shah Rukh Khan.

Laal Singh Chaddha tayang di bioskop Indonesia mulai 12 Agustus 2022.

Sinopsis

Kehidupan seorang anak dengan keterbatasan fisik, Laal Singh Chaddha (Aamir Khan) yang berwarna-warni ia ceritakan kepada para penumpang lain di sepanjang perjalanan kereta ekonomi. Mulai dari masa kecilnya yang penuh kesulitan dalam mencari sekolah terbaik, perundungan yang Laal hadapi, berbagai peristiwa politik di India yang ia lalui berdua ibunya (Mona Singh), serta pertemuan pertama dan persahabatan dengan cinta pertamanya, Rupa (Kareena Kapoor).

Meski memiliki IQ di bawah rata-rata, Laal mampu mendapat kesempatan berkuliah lewat beasiswa lari. Berlari adalah bakat utama dari Laal. Ia berlari demi apapun, kemana pun dan dalam kondisi apapun. Tetapi sejauh apapun Laal berlari, ia tidak pernah sampai ke hati Rupa, cinta sejatinya. Menjadi juara lari, jadi pahlawan perang, jadi pebisnis sukses, semua tidak mengubah hubungannya dengan Rupa. Hingga undangan untuk mengunjungi rumah Rupa datang yang akan mengubah hidup Laal.

Ulasan

Sebagai seorang pecinta film yang sudah puluhan kali menonton Forrest Gump karya sutradara Robert Zemeckis yang naskahnya ditulis oleh Eric Roth. Penulis tidak menaruh ekspektasi apa-apa sebelum menonton Laal Singh Chaddha. Hasilnya adalah sebuah tontonan yang menghibur dengan struktur cerita nyaris sama dan perubahan peristiwa historis yang kini berkaitan dengan situasi sosial politik India dalam kurun waktu usia Laal kecil hingga dewasa.

Kurang familiarnya peristiwa historis di India sedikit banyak membuat penulis kurang merasa terhubung dengan cerita, namun kemasan ringan lewat kata kunci ‘malaria’ dalam film ini membuat tergelitik. Cara mengemas peristiwa lewat cuplikan pembaca berita lengkap dengan footage-footagenya pun mampu membangkitkan rasa penasaran untuk membaca sejarah-sejarah tersebut.

Sebagai catatan film ini tidak mengadaptasi novel Forrest Gump karangan Winston Groom, melainkan menggunakan naskah film Eric Roth (Dune, The Insider) sebagai sumber adaptasi, langsung sehingga film terasa nyaris plek-ketiplek dengan film aslinya. Opening film pun dibuat mirip dengan menggunakan bulu burung yang tertiup angin untuk memulai cerita.

Sisi teknis menjadi yang paling menarik di film ini. Setelah sebelumnya masa kecil Laal diperankan oleh aktor cilik Ahmad Ibn Umar, teknologi Deepfake dan Deaging digunakan pada Aamir Khan untuk memerankan Laal sejak masa kuliah. Meski terbilang kurang terlihat halus namun menurut hemat penulis masih lebih baik dibanding saat Reza Rahadian memerankan Habibie muda di film Habibie & Ainun 3. Kemajuan Bollywood dalam teknologi di industri film memang sudah sangat maju.

Sutradara Advait Chandan memaang menanggung beban besar dalam menyutradarai film ini, tapi terbilang cukup berhasil dan jauh dari kata mengecewakan. Beberapa perubahan dilakukan oleh Chadnan bersama penulis naskah Atul Kulkarni dan sedikit membuat kening berkerut, terutama soal karakter di Forrest Gump yang bernama Letnan Dan dan di film remake ini menjadi karakter Mohammad Baaji. Penulis agak sulit menerima logika kehadirannya di awal kemunculan karakternya, namun seiring durasi karakternya terasa efektif dalam frame yang lebih besar untuk menanam pesan moral.

Para aktor di film ini bermain sangat baik, terutama Aamir Khan dan Kareena Kapoor. Ini adalah film ketiga bagi keduanya bermain bersama dalam satu film setelah Taalash & Three Idiots. Di awal film ada sedikit keraguan dari penulis soal bagaimana Aamir menginterpretasi karakter Laal yang terasa karikatural dengan ekspresi yang over, tapi setelah terbiasa penulis enjoy-enjoy saja. Di luar dua karakter utama, Mona Singh sebagai sang ibu serta Naga Chaitanya Akkineni si pemeran Bala adalah yang paling menarik perhatian.

Mona Singh di awal-awal film terasa perannya sebagai seorang ibu yang tegar dan berpendirian kuat. Momen-momen protektifnya pada Laal kecil jadi bagian dramatik terbaik dalam film, terutama saat momen cukur rambut. Sementara Naga Chaitanya Akkineni dengan Bala yang juga memiliki IQ selevel dengan Laal menjadi pemantik komedi yang apik. Kecerewetannya membahas pakaian dalam adalah momen komedi yang panjang dan paling bikin ngakak.

Secara keseluruhan Laal Singh Chaddha adalah film remake yang masih terbilang hormat pada film aslinya. Ada sedikit kekurangan dalam menggali motivasi Rupa dalam mengambil keputusan penting di balkon hotel serta perubahan latar belakang karakter Muhammad Baaji, namun penulis rasa masih dapat diterima.

Kesimpulan Akhir

Laal Singh Chaddha adalah film remake Forrest Gump yang terhitung hormat pada sumber aslinya. Dengan beberapa perubahan yang disesuaikan dengan sejarah dan kultur India, tidak mengubah kehangatan, rasa haru dan keindahan kisah di dalam naskah film yang didasarkan dari naskah Film Terbaik Academy Award ini. Rindu dengan sang legenda Aamir Khan dan ingin lihat cameo spesial Shah Rukh Khan? Jangan lewatkan film ini.

Laal Singh Chaddha tayang di bioskop Indonesia mulai hari ini 12 Agustus 2022.

Rating: 3,5/5 stars

Komentar

Postingan populer dari blog ini

GITA CINTA DARI SMA (2023) – ADAPTASI PROGRESIF DARI ROMAN REMAJA TERHALANG RESTU

JOY RIDE (2023) – PETUALANGAN SERU, KOCAK & LIAR 4 CEWEK ASIA

COBWEB (2023) - HOROR KLASIK ATMOSFERIK BIKIN BERGIDIK