REVIEW FILM ASTERIX: THE SECRET OF THE MAGIC POTION (2019) - KISAH SERU MENCARI PENERUS DUKUN GETAFIX PEMBUAT RAMUAN AJAIB


Sejak pertama kali diterbitkan dalam bentuk komik strip di sebuah majalah Perancis-Belgia bertajuk Pilote pada 29 Oktober 1959, seri 37 buku petualangan Asterix yang ditulis oleh Rene Goscinny dan diilustrasikan Albert Uderzo telah memikat ratusan juta pembaca berkat kisah petualangan jenaka Asterix dan sahabatnya Obelix serta para penduduk Galia yang tidak pernah bisa dikalahkan oleh pasukan Romawi akibat ramuan ajaib milik dukun (istilah dalam film druid) Getafix yang mampu memperkuat tenaga para penduduk yang meminumnya.

Kini dengan premis cerita semakin rentanya Getafix dan urgensinya untuk mencari penerus, film Asterix: The Secret Of The Magic Potion ini dibuat. Film karya sutradara Alexandre Astier dan Louis Clichy yang disulihsuarakan dalam Bahasa Inggris ini direncanakan tayang di bioskop Indonesia mulai tanggal 2 Agustus 2019.

Synopsis

Hari itu adalah hari yang biasa di desa Galia yang tenteram. Dukun Getafix (disuarakan oleh John Innes) sedang mengumpulkan bahan untuk membuat ramuan ajaib. Saat menolong seekor anak burung, rupa-rupanya Getafix terjatuh dan menyebabkan kakinya terluka dan merasa sudah saatnya untuk pensiun dan mencari penerusnya. Bersama Asterix (Ken Kramer) dan Obelix (C. Ernst Harth), Getafix pun memulai petualangan mencari penerusnya tanpa mereka ketahui bahwa seluruh pria di desa Galia turut serta dalam pencarian tersebut. Termasuk seorang anak kecil murid Getafix Pectin (Fleur Delahunty) yang bisa menimbulkan masalah.

Kabar rapuhnya Desa Galia yang ditinggal sang dukun dan para pria desa pun sampai ke Julius Caesar (Phillipe Morier-Genoud) yang langsung memerintahkan pasukannya menyerang Desa Galia yang hanya dihuni satu pria dan para wanita dengan stok persediaan ramuan yang semakin menipis. Getafix yang akhirnya menyadari bahwa Desa Galia harus segera ditolong pun terpaksa memilih seorang dukun muda Teleferix (Dylan Haegens) tanpa menyadari dibaliknya ada sosok Demonix (Mike Shepherd) dukun jahat yang berniat mencuri rahasia ramuan ajaib milik Getafix untuk diberikan kepada tentara Romawi.


Review

Sebagai salah satu pembaca kasual beberapa seri buku Asterix di masa kecil, penulis merasakan nostalgia yang sangat membahagiakan saat menonton film ini. Selain karena merasa dekat dengan para karakternya, gaya komedi yang ditampilkan di dalam film ini pun memiliki kesamaan dengan di komiknya. Padahal film ini tidak didasarkan pada buku karya Goscinny dan Uderzo, melainkan merupakan cerita asli tulisan Alexandre Astier yang juga menulis naskah sekaligus menjadi sutradara film Asterix: The Secret Of The Magic Potion ini bersama dengan Louis Clichy. .

Cerita film berjalan lancar tanpa masalah walau penuturannya terasa melompat-lompat akibat banyak selipan montages saat mengaudisi penerus Getafix. Film juga terasa 'cerewet' akibat banyaknya dialog yang disampaikan dalam tempo yang cepat berbarengan dengan adegan slapstick yang bertebaran. Punchline leluconnya, termasuk nama-nama para karakter yang berakhiran huruf X memang seringkali lucu dan efektif memancing tawa, namun banyaknya aksi dan dialog di film berpotensi membuat penonton lelah.

Bahasa gambar kurang dimaksimalkan dalam menceritakan kisah yang ingin disampaikan, sehingga banyak dialog yang terucap oleh para karakternya yang juga sangat banyak. Dari mulai para penduduk Galia, para anggota komunitas dukun, tentara Romawi, bahkan para karakter dukun muda yang diaudisi mendapat jatah dialog yang tidak sedikit. Membuat penonton juga jadi sulit fokus.


Efeknya karakter Demonix sebagai antagonis utama jadi terasa tidak maksimal karena terlalu banyaknya karakter dalam film. Begitu pula karakter Asterix yang menjadi judul film. Sosok karakter yang biasanya dijadikan sentral cerita terasa minim perannya dalam film ini. Memang fokusnya di Getafix dalam mencari penerus, sehingga judul film ini terasa agak misleading  dan kelihatannya digunakan untuk kepentingan promosi memakai nama besar Asterix saja.

Secara teknis produksi film tidak ada masalah yang berarti, malah kualitas animasinya semakin membaik dan cantik dipandang mata. Setelah film Terra Willy beberapa waktu lalu, dapat disimpulkan kualitas film animasi Prancis tidak dapat dipandang sebelah mata. Kualitas animasinya patut diperhitungkan dalam kancah persaingan film animasi dunia bersama Jepang dan Amerika Serikat tentunya.

Dari sisi pengisi suara, penayangan film di Indonesia yang memakai dubbing Inggris agaknya patut disesalkan namun juga patut dimengerti, karena target audience film ini anak-anak yang notabene anak-anak Indonesia lebih akrab dengan bahasa Inggris di masa pertumbuhannya. Pengisi suara bahasa inggris dalam film ini tidak istimewa dan tidak juga jelek, alias standar saja.


Final Verdict

Memiliki keuntungan faktor nostalgia yang dapat menjadi faktor pendulang penonton dewasa dan materi cerita dan lelucon yang berpotensi menarik minat anak-anak, film Asterix: The Secret Of The Magic Potion ini tentunya akan menjadi hiburan yang tepat bagi anak-anak di tengah gempuran film action dan film untuk dewasa lainnya yang juga tayang berbarengan dengan film ini. Meskipun terasa cerewet dalam bercerita dan penuh dialog, namun kelucuan lelucon dan keseruan aksinya masih menghasilkan hiburan yang menyenangkan bagi penonton.

My Rate: 3 out of 5 Stars

Asterix: The Secret Of The Magic Potion | 85 Min. | Director: Alexandre Astier, Louis Clichy | Script: Alexandre Astier based on character by Goscinny & Uderzo | Voice Cast: Ken Kramer, John Innes, C. Ernst Harth, Dylan Haegens, Phillipe Morier-Genoud, Fleur Delahunty, Mike Shepherd | Genre: Animation

Komentar

Postingan populer dari blog ini

GITA CINTA DARI SMA (2023) – ADAPTASI PROGRESIF DARI ROMAN REMAJA TERHALANG RESTU

JOY RIDE (2023) – PETUALANGAN SERU, KOCAK & LIAR 4 CEWEK ASIA

COBWEB (2023) - HOROR KLASIK ATMOSFERIK BIKIN BERGIDIK