REVIEW 21 BRIDGES (2019) - PERBURUAN PEMBUNUH POLISI YANG SERU DAN MENDEBARKAN


Karir Chadwick Boseman semakin gemilang pasca tampil sebagai karakter King T'Challa dan alter egonya, sang superhero Black Panther di dalam Marvel Cinematic Universe. Meskipun begitu bakatnya yang sudah terasah dalam film drama macam 42 dan Get On Up membuatnya mendapat banyak tawaran di film lain.

Salah satunya film 21 Bridges produksi STX Films yang disutradarai oleh Brian Kirk. Tidak hanya sebagai aktor utama, Boseman juga bertindak sebagai produser dalam film yang di eksekutif produseri oleh duo sutradara Avengers: Endgame, Joe Russo dan Anthony Russo. Film 21 Bridges akan tayang midnight malam ini di bioskop Indonesia.


Sinopsis

Suatu malam yang kelam di New York saat 8 orang polisi anak buah Kapten McKenna (J.K. Simmons) mati terbunuh oleh sepasang pencuri 50 kg obat bius di sebuah gudang obat bius berkamuflase restoran. Detektif polisi Andre (Chadwick Boseman) yang memiliki sejarah tidak kenal ampun pada pelaku kejahatan pun ditugaskan menyelidiki kasus tersebut bekerjasama dengan Banks (Sienna Miller), polisi perwakilan divisi narkotika. 

Pengejaran terhadap dua pelaku pun bermuara pada dua pelaku yang teridentifikasi memiliki latar belakang militer, Michael (Stephan James) dan Ray (Taylor Kitsch). Perburuan pun dimulai dengan menutup 21 jembatan akses keluar Manhattan, New York demi mengurung para pelaku. Perburuan dalam satu malam yang mendebarkan dan di luar dugaan menyingkap rahasia kelam dari bisnis perdagangan obat bius di New York.


Ulasan

Dibuka dengan memperkenalkan karakter Andre sebagai polisi yang berdedikasi dan memiliki masa lalu kelam cukup memberikan dasar yang cukup baik dalam film yang secara seimbang bertutur secara plot dan character driven ini. Meski Andre harus berbagi screentime dengan pelarian dua pelaku yang mencoba meloloskan diri dari New York tapi film tidak kehilangan arah. Keseimbangan itu datang dari kepiawaian Andre menyelidiki kasus tersebut. 

Prosedur Andre dalam mengungkap petunjuk demi petunjuk sampai akhirnya menemukan para pelaku digambarkan dengan baik. Andre digambarkan sebagai detektif yang cakap dan memiliki intuisi di atas rata-rata. Sayangnya prosedural polisi yang semakin jarang muncul dalam film bioskop ini sedikit klise dengan menampilkan konflik antara kepolisian dengan FBI serta Andre yang tidak mau kerjasama dengan divisi narkotik.

Karakter-karakter penegak hukum selain Andre digambarkan emosional dan tidak setenang Andre, menjadikan film seakan membuat Andre sebagai karakter paling hebat. Sementara karakter lain yang menarik justru ada pada dua pelaku pembunuh yang diberikan dimensi cerita. Meski tidak sampai membuat penonton simpati, film ini cukup mampu memainkan emosi penonton manakala para pelaku menyadari ada sesuatu yang salah malam itu.



Penulis naskah Adam Mervis (The Philly Kid) dan Matthew Michael Carnahan (Deepwater Horizon, Lions for Lambs) sangat baik dalam memberikan dimensi pada para karakter utama dalam film, termasuk karakter antagonis di ujung film. Uraian cerita dari kejadian perampokan, baku tembak, perburuan sampai pengungkapan misteri di dalam film pun mengalir dengan intensitas terjaga dan memiliki klimaks yang akan membuat penonton bersorak. 

Ada sedikit kekurangan dalam beberapa detail isian seperti petunjuk-petunjuk terlalu kentara yang disebar dan adegan pasca klimaks yang kelewat panjang yang sedikit mengganggu intensitas film secara keseluruhan. Kekurangan lain yang muncul adalah ilustrasi musik yang terlalu berlebihan di beberapa adegan aksi, terutama bagian horns section-nya.

Sutradara Brian Kirk (serial Game of Thrones, serial Penny Dreadful) memang sudah akrab menggarap tema prosedur polisi dalam serial Luther. Tapi dalam film layar lebar berbujet besar pertamanya ini, beliau dapat dikatakan cukup mahir dalam mengeksekusi naskah ke dalam film. Kerjasamanya dengan tim teknis produksi, terutama desainer produksi dan sinematografer sangat memukau untuk menggambarkan kota New York yang kumuh, suram dan kotor, jauh dari gambaran kota metropolitan. New York dalam film ini menganalogikan kebusukan yang menjadi salah satu insight dan pesan yang ingin disampaikan dalam film ini.



Selain sinematografer Paul Cameron (Man on Fire, Collateral) dan production designer Greg Berry (Triple Frontier, Homefront). Penata artistik Matteo de Cosmo (serial The Punisher) dan Helena Holmes (Rambo: Last Blood) dan editing Tim Murrel (serial Strike Back, Patrick Melrose) serta tim penata suara juga patut diberikan apresiasi lebih.

Dari sisi akting, agak sedikit janggal melihat Boseman sebagai pemuda New York. Entah ada yang salah dengan pendengaran penulis, masih terasa suka terdengar aksen Wakanda (atau Afrika) dalam aksen Boseman. Selain soal aksen, Boseman cukup baik memerankan peran utama dalam film ini. Pendukung lain yang patu diberikan acungan jempol adalah Stephan James (If Beale Street Could Talk). Sebagai aktor yang terbilang pendatang baru, James memberikan akting yang gemilang dan bisa mengimbangi para aktor senior sepeti Boseman dan Kitsch. 



Taylor Kitsch (John Carter, Battleship) sendiri di tengah kariernya yang meredup dan berusaha bangkit kembali membuktikan kekuatan aktingnya sebagai karakter antagonis yang baik. Setelah sebelumnya bermain apik sebagai teroris keji dalam American Assassin kini ia kembali mempertontonkan bakatnya sebagai kriminal. Sienna Miller (Layer Cake, The Factory), J.K. Simmons (Whiplash, Spider-Man) serta aktor lainnya bermain cukup baik meski tidak sampai mencuri perhatian

Kesimpulan Akhir

Hadir membawa genre drama action dengan tema prosedural polisi yang semakin jarang dimunculkan dalam film layar lebar, film 21 Bridges cukup mampu mengobati kerinduan akan kehadiran film-film sejenis. Memiliki aksi menawan dengan guliran plot misteri pembunuhan yang terkupas perlahan dan bikin penasaran, film ini berpotensi menyenangkan para penggemar film perburuan polisi versus penjahat dengan intensitas tinggi. 

My Rate: 3,5 out of 5 Stars

21 Bridges | 99 mins. | Dir: Brian Kirk | Script: Adam Mervis, Matthew Michael Carnahan | Cast: Chadwick Boseman, Sienna Miller, J.K. Simmons, Stephan James, Taylor Kitsch, Keith David | Genre: Actin, Drama, Mystery | Dewasa | STX Films | 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

GITA CINTA DARI SMA (2023) – ADAPTASI PROGRESIF DARI ROMAN REMAJA TERHALANG RESTU

JOY RIDE (2023) – PETUALANGAN SERU, KOCAK & LIAR 4 CEWEK ASIA

COBWEB (2023) - HOROR KLASIK ATMOSFERIK BIKIN BERGIDIK