REVIEW FIRESTARTER (2022) – KISAH HOROR BOCAH PENGENDALI API YANG LAMBAT PANAS

Menyebut Stephen King sebagai maestro penulis novel yang acapkali menjadi sumber adaptasi film bergenre horor dan drama tidaklah berlebihan. Nyaris semua novel King telah difilmkan, beberapa bahkan diakui sebagai sebuah karya film yang berkualitas. Sebut saja, The Shining, Shawshank Redemption, It, The Green Mile, Pet Sematary, Misery, dan Carrie yang memiliki napas yang mirip dengan film berikutnya yang segera diadaptasi ke medium film, Firestarter.

Film yang juga merupakan remake dari Firestarter tahun 1984 yang dibintangi bintang cilik fenomenal kala itu, Drew Barrymoore, diadaptasi kembali ke versi modern lewat studio spesialis film horor, Blumhouse denan judul sama, Firestarter, dengan sutradara Keith Thomas dan mengandalkan Zac Efron, Sydney Lemmon, Gloria Reuben, Kurtwood Smith dan aktris pendatang baru Ryan Kiera Armstrong sebagai Charlie, si bocah spesial.

Firestarter direncanakan tayang 18 Mei 2022 di seluruh bioskop Indonesia.

Sinopsis

Hidup berpindah-pindah tanpa adanya kejelasan membuat Charlie (Ryan Kiera Armstrong) muak dan kesal. Padahal ada rahasia yang orang tuanya tidak ingin Charlie ketahui, yaitu demi menghindari kejaran pemerintah yang ingin menangkap Charlie dan menjadikannya bahan percobaan. Charlie memang bukan anak perempuan biasa, ia mampu menyulut api dengan kekuatan pikirannya. Andy (Zac Efron) sang ayah kerap berdebat dengan istrinya, Vicky (Sydney Lemmon) soal bagaimana Charlie belajar mengendalikan kekuatannya.

Sayangnya, Charlie masih belum bisa mengendalikan emosi, sehingga menyulut api di sekolah. Hal ini menyebabkan pemerintah menemukan Charlie, dan mengutus Rainbird (Michael Greyeyes) yang juga memiliki kekuatan unik untuk menangkap Charlie. Charlie dan orangtuanya pun harus kembali melakukan pelarian dan korban pun berjatuhan demi menghindar dari kejaran pemerintah.

Ulasan

Melihat premis film yang terkesan standar, yaitu sosok manusia dengan kekuatan super, lalu menjadi target pemerintah, agaknya membuat kening berkerut dan bertanya-tanya, apa sebenarnya yang ingin dicapai oleh para pembuat film dengan membuat ulang film Firestarter ini. Fenomena film adaptasi komik yang banyak mengangkat soal kekuatan super dan kisah awal mula superhero sepertinya menjadi apa yang ingin dicapai film ini.

Firestarter dimulai dari perkenalan penonton pada sosok Charlie saat bayi dan kekuatannya dalam menyulut api  dengan kekuatan pikirannya. Lalu opening credits memaparkan penyebab bayi Charlie bisa memiliki kekuatan itu, serta apa yang orang tua Charlie lakukan untuk menghindari kejaran pemerintah. Opening credits ini ditampilkan dengan apik, lengkap dengan nuansa horor yang kental lewat pemilihan font jempolan serta musik electronic ala film Halloween, dan ternyata benar, John Carpenter adalah salah satu penata musik di film ini.

Melewati opening credits, sayangnya tidak ada lagi adegan menyeramkan ala film horor ataupun thriller. Kejar-kejaran antara pemerintah dan Charlie berlangsung dalam kondisi sendu dan pilu, sehingga sisi drama lebih menonjol. Hanya satu dua kali letupan-letupan konflik terjadi saat Charlie terpaksa menunjukkan kekuatannya.

Berbagai adegan api yang disulut oleh Charlie tampil sangat meyakinkan, bahkan beberapa terlihat brutal dan mengerikan, akan tetapi terasa minim dalam durasi 94 menit film ini. Porsi drama menjadi sisi yang paling menonjol dengan dominasi penampilan yang dimiliki Ryan Kiera Armstrong sebagai Charlie.

Armstrong tampil meyakinkan, meskipun ia terhitung pendatang baru. Parasnya yang manis dan berubah jadi garang saat marah dan mengeluarkan kekuatannya juga menjadikannya sosok yang misterius. Sementara mantan aktor remaja, Zac Efron (High School Musical, Baywatch) di peran perdananya sebagai seorang ayah tampil sendu sepanjang film, begitu juga dengan Sydney Lemmon (serial Succesion, Halstrom) sang Ibu. Cucu dari aktor legendaris Jack Lemmon ini menambah suasana pilu film sejak menit awal.

Yang menarik di film ini adalah sosok Rainbird, utusan pemerintah yang memburu Charlie. Michael Greyeyes seakan ingin digambarkan sebagai sosok dengan kemampuan spesial tetapi tidak pernah terjelaskan baik kekuatannya, maupun motivasinya mengambil keputusan drastis di akhir film. Sementara Itu perwakilan pemerintah Gloria Reuben dan Kurtwood Smith (Robocop, That 70’s Show) nampak disia-siakan di film ini.

Naskah yang ditulis di film ini menjadi kekurangan paling besar di film ini. Scott Teems (Halloween Kills) tidak mampu memberikan kehangatan di keluarga Charlie, maupun untuk sekadar memberikan simpati pada Charlie, ayah dan ibunya agar penonton lebih peduli. Keputusan Rainbird di ujung film pun tidak terjelaskan dengan baik motivasinya. Film ini juga seakan kebingungan ingin mengarahkan ke arah genre horor atau fantasi superhero. Praktis hanya di babak ketiga film saja Teems mampu merangkai Firestarter jadi sajian yang seru dan menegangkan.

Sutradara Keith Thomas yang pernah menghasilkan film indie horor yang sangat menegangkan dalam The Vigil, terlihat kehilangan sentuhannya. Adegan-adegan menegangkan yang coba ia rangkai beberapa kali gagal menakuti, hanya sebuah adegan di toilet yang cukup memberikan debaran di jantung penulis. Visual efek praktis saat adegan-adegan manusia terbakar dan musik milik John Carpenter (sutradara & penata musik Halloween, The Thing), Cody Carpenter dan Daniel A. Davies adalah sisi yang layak dipuji tinggi dalam film ini.

Kesimpulan Akhir

Firestarter adalah sajian drama horor yang memberikan banyak momen untuk Ryan Kiera Armstrong, sang aktris pendatang baru untuk bersinar. Memiliki plot yang tenang dan menghanyutkan, Firestarter tancap gas di babak ketiga. Bukan film adaptasi terbaik dari novel Stephen King, namun masih layak disaksikan sebagai tontonan horor alternatif yang menghibur.

Firestarter | 94 mins | Dir: Keith Thomas | Script: Scott Teems | Based on book by: Stephen King | Cast: Ryan Kiera Armstrong, Zac Efron, Sydney Lemmon, Gloria Reuben, Michael Greyeyes, Kurtwood Smith, John Beasley | Prod: Blumhouse Productions, Weed Road Pictures | Distrib: Universal Pictures  

Komentar

Postingan populer dari blog ini

GITA CINTA DARI SMA (2023) – ADAPTASI PROGRESIF DARI ROMAN REMAJA TERHALANG RESTU

JOY RIDE (2023) – PETUALANGAN SERU, KOCAK & LIAR 4 CEWEK ASIA

COBWEB (2023) - HOROR KLASIK ATMOSFERIK BIKIN BERGIDIK