REVIEW PROJECT GEMINI (2022) – FILM THRILLER SCI-FI DENGAN GAGASAN BAGUS DAN KONKLUSI MENGEJUTKAN

Sinema Rusia sempat menonjol dalam peta perfilman dunia berkat kehadiran Sergei Eisenstein dan Andrei Tarkovsky dengan karya-karyanya yang mendunia dan kerap menjadi rujukan bagi para pembuat film setelahnya. Lepas dari masa pensiun Tarkovsky di tahun 1986, praktis tidak ada lagi sutradara Rusia yang muncul selain nama Timur Bekmambetov yang sukses berkarier di Hollywood di periode akhir sejak tahun 2000-an sampai sekarang.

Kini setelah banyak menggemakan film-film bergenre superhero dan fantasi, satu lagi film Rusia rilis secara internasional mengusung genre science fiction berjudul Project Gemini.  Disutradarai oleh Serik Beyseu dan dibintangi oleh Dmitriy Frid, Egor Koreshkov serta Nikita Dyuvbanov, film Project Gemini akan tayang di beberapa jaringan bioskop Indonesia mulai tanggal 2 Februari 2022.

Sinopsis

Di saat bumi sudah tidak layak ditinggali akibat kondisi atmosfer dan tanah yang sudah rusak dan virus misterius yang mematikan, sekelompok peneliti yang dipimpin oleh Dr. Stephen Ross (Egor Koreshkov) mencoba mencari planet alternatif untuk ditinggali lewat teknologi Terraforming berbentuk bola putih temuan Dr. Ross yang diyakini bisa menciptakan atmosfer untuk sebuah planet baru untuk ditinggali oleh manusia.

Berbekal petunjuk sinyal yang tertangkap bola terraforming dari sebuah lokasi di luar angkasa, para peneliti tersebut pun berusaha menjelajah bersama para astronot demi menemukan planet yang berpotensi bisa menggantikan bumi. Misi berbahaya dan mengancam nyawa ini sayangnya ditumpangi oleh penumpang gelap yang ternyata memiliki maksud tertentu yang bisa menghalangi misi mereka.

Ulasan

Sinema Rusia di era 2000-an ini memang tidak pernah menonjol dan gemerlap di perfilman dunia. Negara yang pernah melahirkan sutradara auteur besar dalam sosok Sergei Eisenstein dan Andrei Tarkovsky ini serasa berhenti memproduksi film pasca meraih Piala Oscar Film Asing Terbaik lewat film Burnt By The Sun di tahun 1994.

Padahal di periode setelahnya film Rusia makin besar dalam skala bujet lewat film-film bergenre aksi thriller, superhero maupun sci-fi dengan judul-judul seperti Nightwatch, Iron Sky, The Guardian, akan tetapi tidak pernah ada lagi yang berbicara dan menarik perhatian penonton di seluruh dunia.

Harapan muncul lewat film Project Gemini ini lewat produksinya yang menggunakan bahasa inggris dan pendistribusiannya melingkupi berbagai negara termasuk bioskop Indonesia pada 2 Februari 2022. Film Project Gemini ini disutradarai oleh Serik Beyseu yang sebelumnya baru menyutradarai satu film televisi berjudul Tabletka ot Slez. Sebuah pertaruhan besar nampaknya bagi rumah produksi KinoDanz (KD) Studios yang mempercayakan film berbujet 6,5 juta dolar ini kepada sutradara yang relatif belum berpengalaman.

Berdurasi 98 menit, Project Gemini¸memulai plotnya dengan menarasikan apa yang terjadi di bumi yang mulai rusak dan diambang kehancuran, dilanjutkan dengan perkenalan pada tokoh Dr. Stephen Ross yang dianggap berkontribusi besar saat menemukan bola Terraforming dan usahanya dalam menjalankan misi menemukan planet baru untuk menggantikan bumi. Langkah naratif ini cukup efektif memperkenalkan semesta di dalam film sekaligus membangun pondasi penceritaan agar tersaji jelas untuk penonton. Sayangnya adegan awal ini kurang memiliki intensitas untuk menarik perhatian penonton, sehingga beresiko membuat bosan sejak awal. Kurangnya bahasa gambar agaknya menjadi penyebab utama.

Sejak babak pertama film, didapati beberapa catatan yaitu kualitas akting beberapa pemain terasa kaku dan kurang mampu menyalurkan emosi, fatalnya Egor Koreshkov (Girls Got Game, Jetlag) yang memerankan karakter utama Stephen Ross adalah salah satu aktor yang kualitas aktingnya sangat buruk dalam film ini. 2 orang karakter astronot juga terasa kurang berakting baik. Ada faktor lain, yaitu kualitas dubbing vocal yang terasa mengganggu, tidak mampu menampilkan emosi yang tepat dalam kesesuaiannya dengan adegan dan dialog yang dilontarkan. Hal ini terasa sampai akhir film dan hanya pada adegan aksi di klimaks film yang membuat para aktornya berakting sesuai emosi.

Dari sisi plot cerita, naskah yang ditulis oleh Natalia Lebedeva (Never Say Goodbye) dan Dmitry Zhigalov (Abigail) memiliki gagasan bagus walaupun premis soal bumi yang tidak bisa dihuni lagi dan harus dicari planet penggantinya bisa dibilang tidak original lagi. Walau begitu potensi besar masih dimiliki oleh film ini terutama dengan sisipan thriller makhluk luar angkasa dan virus yang mengancam penduduk bumi. Alur yang dirangkai oleh duet penulis naskah terasa kurang mulus karena rangkaian plot linier dan adegan flashback yang seperti tidak berkaitan dan kurang relevan.

Dr. Ross adalah karakter yang memiliki adegan flashback yang paling menyita durasi. Berkutat pada hubungan asmaranya dengan kekasihnya sesama ilmuwan, Amy (Alyona Konstantinova) dan interaksinya dengan bola terraforming yang ia temukan, film ini terasa cerewet menggunakan banyak dialog dan minim bahasa gambar dalam mengkolaborasikan dua timeline dalam plotnya. Faktor bujet yang minim sepertinya menjadi faktor penyebab minimnya bahasa gambar tersebut, karena penambahan scene beresiko penambahan adegan yang menggunakan CGI yang otomatis akan memakan bujet.

Adegan aksi menegangkan dan kucing-kucingan dengan alien pun menjadi korban dari bujet minim tersebut. Meski sudah diakali dengan menggunakan efek praktis bagian tubuh makhluk yang ditampilkan sedikit-demi sedikit, POV penglihatan mata sang alien serta saat berlari, serta berbagai usaha kreatif lain, sang makhluk terasa kurang mengancam karena tampilannya yang hanya sekilas saja kurang bisa memberi bayangan betapa ngerinya alien tersebut.

Beruntung sang sutradara beserta krunya mampu menciptakan konklusi yang apik dan seru untuk mengimbangi plot twist yang cukup memberikan efek kejut. Kesabaran mengikuti jalan cerita serta ketelitian memperhatikan penjelasan dan petunjuk-petunjuk yang disebar dari awal film berbuah manis. Twist yang meskipun terhitung sederhana mampu mengubah arah film dari sebuah thriller menjemukan menjadi thriller yang merangsang otak untuk berpikir.

Sang sutradara terasa lihai memanfaatkan bujetnya dalam menciptakan desain produksi interior pesawat ulang-alik dan suasana planet antah berantah yang mengerikan. Meskipun visual efeknya tidak sempurna dan diakali dengan penggunaan cahaya minim, namun setidaknya usaha untuk membuat pesawat antariksa yang believable patut diberikan apresiasi. Aspek teknis lain tidak ada yang menonjol selain tim efek praktis yang menciptakan makhluk alien yang saat muncul full body terlihat mengerikan, walaupun sayangnya hanya muncul beberapa detik saja.

Kesimpulan Akhir

Project Gemini memang bukanlah film sci-fi thriller yang penuh hingar-bingar karena bukan datang dari Hollywood, tetapi film ini adalah penanda bahwa industri perfilman Rusia memiliki potensi baik dengan ide cerita yang bagus. Meskipun eksekusinya masih terkendala bujet dan kualitas aktingnya terasa mengganggu, namun film yang terkesan memadukan film Interstellar dengan Alien ini patut diberikan kesempatan untuk disaksikan oleh para penonton yang menyukai flim thriller fiksi ilmiah dengan twist yang akan merangsang otak untuk berpikir.

Project Gemini tayang di bioskop Indonesia mulai 2 Februari 2022.

Project Gemini | 98 mins | Dir: Serik Beyseu | Screenplay By: Natalya Lebedeva & Dmitry Zhigalov | Cast: Egor Koreshkov, Nikita Dyuvbanov, Petr Romanov, Alyona Konstantinova, Martinez Lisa, Samoukov Kostya, Victor Potapeshkin | Production:  KD Studios

 

 

 

 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

GITA CINTA DARI SMA (2023) – ADAPTASI PROGRESIF DARI ROMAN REMAJA TERHALANG RESTU

JOY RIDE (2023) – PETUALANGAN SERU, KOCAK & LIAR 4 CEWEK ASIA

COBWEB (2023) - HOROR KLASIK ATMOSFERIK BIKIN BERGIDIK