REVIEW FILM DORA AND THE LOST CITY OF GOLD (2019) - FILM ANAK-ANAK YANG SERU DAN TIDAK MENGINGKARI SERIAL ANIMASINYA

 
Banyak pihak yang mencibir saat diumumkannya film adaptasi layar lebar serial animasi Dora The Explorer. Keraguan yang timbul mengingat karakter Dora yang dibuat berusia remaja, genre adventure yang akan digunakan, karakter monyet dan rubah yang dilibatkan, dan lain sebagainya. Bukan film Hollywood namanya kalau harapan besar tidak disematkan pada karakter animasi legendaris rekaan Chris Gifford, Valerie Walsh Valdes dan Eric Weiner yang sudah mengudara di layar televisi sejak tahun 2000 lalu.

Mengambil judul Dora And The Lost City Of Gold, studio Nickelodeon Movies bekerjasama dengan Paramount Pictures menugaskan sutradara James Bobin untuk menggarap film yang dibintangi oleh Isabela Moner, Jeff Wahlberg, Eugenio Derbez, Madeleine Madden, Nicholas Coombe, Eva Longoria, Michael Pena dan Temuera Morrison ini. 

Film Dora And The Lost City Of Gold direncanakan tayang Jumat 9 Agustus 2019 di seluruh bioskop Indonesia.

Synopsis

Dora (Isabela Moner) menghabiskan masa kecil hingga remaja di tengah hutan dengan sahabatnya Boots si monyet cerdik dan ayah ibunya (Michael Pena & Eva Longoria), yang merupakan dua orang arkeolog berdedikasi yang tengah melakukan penelitian tentang Parapata, sebuah kota kuno yang hilang dan terkenal memiliki kekayaan emas yang melimpah. Berkat petunjuk yang Dora dapatkan, ayah dan ibu Dora pun memiliki misi baru nan berbahaya di Peru. terpaksa harus menitipkan Dora di Los Angeles untuk bersekolah bersama sepupunya Diego (Jeff Wahlberg).

Tentu saja kecanggungan Dora selama di sekolah SMA membuat malu dirinya dan Diego. Belum sehari Dora pun bermusuhan dengan anak terpandai di sekolah Sammy (Madeleine Madden). Saat Dora mulai beradaptasi ternyata Dora malah diculik saat momen karyawisata di museum. Tidak sendiri, Dora diculik bersama Sammy, Diego dan Randy (Nicholas Coombe) yang culun dan konyol. Ternyata Dora dan kawan-kawan diculik oleh para pemburu harta karun akibat apa yang Dora ketahui tentang Parapata dan dibawa ke pedalaman hutan Peru dan memulai petualangannya saat diselamatkan oleh sahabat orang tuanya, si profesor linguistik, Alejandro (Eugenio Derbez).


Review 

Sebagai sebuah animasi bernapaskan edukasi, serial Dora The Explorer punya gaya yang khas dalam bercerita di tiap episodenya. Karakter Dora yang berusia 6 tahun dengan rasa penasaran yang tinggi dan kerap mencari sesuatu bersama tas ransel, peta dan monyet yang dapat berbicara menjadi ciri khas Dora selain nyanyian yang sering dinyanyikan saat berpetualang. Sutradara James Bobin (The Muppets) dan para pembuat film ini nampaknya memahami itu dan berusaha keras memasukkan elemen-elemen tersebut ke dalam film layar lebarnya.

Hasilnya film Dora And The Lost City Of Gold terasa mewakili semangat serial animasinya dan tahu potensi apa yang dimiliki untuk dapat berbicara banyak dalam meraih jumlah penonton. Keputusan untuk menambah usia Dora sebenarnya agak beresiko membuat karakter lugu Dora hilang dan terkikis, namun somehow dengan latar belakang yang cukup keluguan Dora masih terasa masuk akal dengan formula fish out of water saat Dora mulai bersekolah di Los Angeles.

Sedikit memberikan gambaran relevan tentang suasana sekolah dan bullying, film Dora And The Lost City Of Gold tidak mau terjebak lama-lama di tengah kota dan membawa film kembali ke tengah hutan, tempat dimana keluguan Dora berubah menjadi kepercayaan diri tinggi saat gadis berbando merah itu kembali ke habitatnya. 



Bobin secara seimbang sukses memadukan kedua lokasi dengan baik. 75% lokasi dalam film adalah di hutan dan kelucuan sering muncul melihat Sammy dan Randy berbalik menjadi orang-orang yang lugu di hutan. Momen-momen seru saat berpetualang satu persatu dimunculkan, dari perjalanan menembus hutan, menghindari panah penduduk suku misterius di amazon, melepaskan diri dari pasir hisap sampai memecahkan teka-teki demi menemukan orang tua Dora untuk bisa kembali pulang.

Petualangan tersebut digarap apik dan lucu meskipun teriakan-teriakan para karakter terasa repetitif dan kadang mengganggu, namun rasanya akan memberikan pengalaman menyenangkan bagi penonton anak-anak.

Secara teknis film sebenarnya tidak istimewa bahkan cenderung kurang baik di sisi animasi CGI karakter Boots si Monyet dan Swiper si Rubah. Tingkah lucu dan menggemaskan mereka tidak diimbangi dengan kualitas CGI yang mumpuni. Pun demikian dengan sisi artistiknya. Hutan terlihat artifisial dan tidak nyata, sangat kelihatan bahwa syuting film dilakukan di studio pada beberapa adegan. Malangnya lagi saat menggunakan real set hutan dan sungai, gambar yang diambil tidak lebih indah dari set studio. Sementara itu departemen lain tidak ada masalah berarti, semua bekerja baik sesuai porsinya.



Sisi akting pun demikian, semua bermain dengan selayaknya. Kredit lebih mungkin layak disematkan pada Isabela Moner (Transformers: The Last Knight, Instant Family) yang sanggup mengemban beban memerankan Dora yang mudah disukai dan lincah. Michael Pena (Ant Man) dan Eva Longoria (Desperate Housewives) pun sangat lucu memerankan karakter orang tua Dora. Catatan layak diberikan pada Eugenio Derbez yang terlihat berlebihan di beberapa adegan.

Kekurangan paling besar dalam film ini adalah sisi naskah karya Matthew Robinson (The Invention of Lying, Monster Trucks) dan Nicholas Stoller (The Muppets, Storks)  yang kerap memudahkan para karakternya menempuh atau keluar dari situasi sulit. Belum lagi soal jarak dan waktu yang terasa tidak diperhatikan sehingga para karakter terasa mudah dan cepat pindah dari satu lokasi ke lokasi lain. Untuk sebuah film petualangan agak sedikit mengganggu dan menghilangkan rasa petualangan yang harusnya juga dirasakan oleh penonton. Namun bagi film yang menyasar penonton anak-anak tentunya hal tersebut menjadi kekurangan minor saja. 

Final Verdict

Film Dora And The Lost City Of Gold adalah film anak-anak adaptasi dari serial TV animasi Dora The Explorer yang sadar dengan potensi yang dimilikinya. Tidak berusaha untuk bercerita rumit dan memfokuskan keseluruhan filmnya pada sisi petualangan yang sangat seru, perubahan karakter Dora dan hubungan interpersonal antar karakternya. Oleh karenanya, film berdurasi 102 menit ini akan memberikan sensasi menonton film-film petualangan klasik a la Indiana Jones yang sangat menyenangkan dan cocok untuk disaksikan oleh seluruh anggota keluarga.    

My Rate: 3,5 out of 5 Stars

Dora And The Lost City Of Gold | 102 mins | Dir: James Bobin | Script: Nicholas Stoller, Matthew Robinson | Cast: Isabela Moner, Jeff Wahlberg, Eugenio Derbez, Madeleine Madden, Nicholas Coombe, Eva Longoria, Michael Pena,Temuera Morrison | Nickelodeon Movies, Walden Media, Paramount Pictures

Komentar

Postingan populer dari blog ini

GITA CINTA DARI SMA (2023) – ADAPTASI PROGRESIF DARI ROMAN REMAJA TERHALANG RESTU

JOY RIDE (2023) – PETUALANGAN SERU, KOCAK & LIAR 4 CEWEK ASIA

COBWEB (2023) - HOROR KLASIK ATMOSFERIK BIKIN BERGIDIK