REVIEW FILM SCARY STORIES TO TELL IN THE DARK (2019) - TEROR MAKHLUK DI CERITA HOROR YANG MENJADI NYATA


Nama besar Guillermo del Toro di Hollywood lekat dengan unsur horor dan cerita-cerita fantasi dengan makhluk-makhluk atau monster berdesain imajinatif. Dengan filmografi macam Hellboy, Pan's Labyrinth, Crimson Peak dan film terbaik Academy Awards 2018, The Shape of Water yang juga membuatnya meraih anugerah Sutradara Terbaik di ajang Piala Oscar tahun tersebut, del Toro nampaknya sangat dipercaya oleh studio besar Hollywood untuk berada di belakang proyek film-film horor.

Di film Scary Stories To Tell In The Dark ini del Toro menyerahkan tongkat sutradara kepada Andre Ovredal yang sebelumnya berpengalaman mengarahkan film horor The Autopsy of Jane Doe dan film horor fantasi Troll Hunter. Jejak dua film terdahulunya yang banyak dipuji kritikus tersebut agaknya membuat namanya dipercaya del Toro untuk memindahkan buku kumpulan kisah horor Scary Stories To Tell In The Dark karya Alvin Schwartz dan Brett Helquist ke dalam medium film layar lebar.

Diproduksi oleh kerjasama CBS Films dengan Entertainment One dan didistribusikan oleh Lionsgate, film Scary Stories To Tell In The Dark akan tayang luas di seluruh bioskop Indonesia mulai tanggal 7 agustus 2019.  


Synopsis

Berlatar 1968 di sebuah kota kecil Mill Valley di Amerika Serikat, sebuah legenda urban tentang rumah keluarga Bellows yang angker dan misterius menjadi kisah yang ramai dibicarakan warga kota selama turun-temurun. Kisah dendam hantu Sarah, anak perempuan keluarga Bellows yang semasa hidup tidak diakui dan diasingkan keluarganya hingga mati bunuh diri tersebut menarik minat ABG perempuan yang bercita-cita jadi penulis, Stella (Zoe Colleti) dan kedua temannya Auggie (Gabriel Rush) dan Chucky (Austin Zajur). 

Di malam Halloween, setelah lelah lari dari kejaran tukang bully Tommy Milner (Austin Abrams), tiga sekawan tersebut mengajak pemuda pendatang baru misterius yang menolong mereka Ramon (Michael Garza) untuk bertandang ke rumah Bellows. Sialnya penelusuran mereka terganggu dengan kedatangan Tommy yang masih mengejar mereka. Mereka pun dikunci Tommy di dalam bekas kamar Sarah yang menyeramkan. Walau sempat panik mereka akhirnya bisa keluar dari rumah dengan Stella yang membawa pulang sebuah buku dari rumah tersebut. Buku yang berisikan cerita-cerita horor yang memang selama ini menjadi inspirasi Stella dalam menulis.

Malangnya, setelah membaca buku itu Stella menemukan kenyataan mengerikan manakala ia melihat buku tersebut menulis dengan sendirinya kejadian-kejadian horor yang terjadi di kehidupan nyata dan menimpa semua orang yang berkunjung ke rumah Bellows malam itu. Kejadian-kejadian yang membuat Stella dan kawan-kawan takut setengah mati.


Review

Diangkat dari buku tiga seri kumpulan kisah horor yang diterbitkan dari periode tahun 1981 sampai 1991, film Scary Stories To Tell In The Dark ini dengan cerdik memasukkan elemen-elemen cerita horor di bukunya yang berformula omnibus di dalam sebuah plot besar rumah angker dengan legenda Sarah Bellows yang gemar bercerita kepada anak-anak untuk lalu membunuhnya. Tercatat ada empat cerita dari buku yang dimasukkan yaitu , "Harold", "The Red Spot", "The Big Toe" dan "The Dream" serta satu cerita baru, "The Jangly Man".

Dan dan Kevin Hageman yang juga menulis serial animasi Trollhunters buatan Guillermo del Toro menjadi penulis skenario film bersama del Toro setelah awalnya didasarkan dari cerita duet Patrick Melton dan Marcus Dunstan (Saw IV, V & VI). 

Latar belakang tahun 1968, di masa pemilihan presiden di Amerika saat Riichard Nixon berkuasa ditampilkan dengan sangat apik dalam film ini. Sinematografi film tanpa malu-malu mengambil lanskap gambar yang lebar. Suasana kota kecil Mill Valley dengan kebun jagung yang luas tampak cantik dalam 111 menit durasi film.



Atmosfer horor juga mampu ditangkap oleh kamera arahan sinematografer andalan Andre Ovredal, Roman Osin (The Autopsy of Jane Doe). Osin bekerjasama dengan departemen artistik mengerti benar cara membangun atmosfer mengerikan dalam film ini. Penata suara juga memainkan peran yang tidak kalah penting dalam mendukung jumpscare film yang tidak berlebihan dari sisi suara. Begitu pula gubahan musik Marco Beltrami (A Quiet Place) yang bekerjasama dengan composer muda, Anna Drubich yang terasa mencekam di beberapa bagian.

Akan tetapi, departemen make up dan efek spesial adalah juaranya dalam film ini. Kreativitas mereka dalam menciptakan makhluk-makhluk mengerikan patut diacungi jempol. Sebuah kerja kolektif yang sangat baik dengan Andre Ovredal sebagai sutradara yang mengorkestrasi para kru untuk menghasilkan film horor yang menghibur sekaligus mencekam.

Dari sisi akting, pemain yang hampir seluruhnya tidak memiliki nama memang kurang sedikit menjual, tetapi kualitas akting bintang muda Zoe Margaret Colletti (Annie 2014, Wildlife) dan dua rekannya Gabriel Rush (Moonrise Kingdom, The Grand Budapest Hotel) dan Austin Zajur (Fist Fight) sangat baik menampilkan para remaja yang enerjik dan ekspresif kala dilanda ketakutan. Sedangkan Michael Garza (The Hunger Games: Mockingjay Part 1) sebagai Ramon menjadi yang terlemah karena sering salah menampilkan ekspresi di beberapa momen. Wajahnya terlalu sering terlihat tersenyum dan kurang menampilkan sisi misterius yang dimiliki oleh karakternya.



Kekurangan lain film ini adalah sisi naskah di awal film saat film berusaha memperkenalkan sejarah urban legend keluarga Bellows. Penceritaannya terasa panjang dan berbelit-belit menyebabkan penonton harus berkonsentrasi lebih untuk memahami apa yang terjadi dengan Sarah Bellows dan mengapa ia memiliki buku yang menjadi sumber teror film ini. Lima cerita yang ditampilkan film pun terasa dijelaskan dengan sangat singkat karena sepertinya asumsi para pembuat film adalah bahwa penonton memahami cerita-cerita tersebut sebelumnya. Efeknya potensial mengurangi kengerian penonton yang tidak terbangun oleh masing-masing cerita misteri tersebut.

Final Verdict

Memadukan genre horor dengan coming of age yang sukses membuat film IT (2017) menjadi film horor dengan rating dewasa tersukses di dunia, film Scary Stories To Tell In The Dark sangat potensial memberikan sensasi ngeri yang sama, bahkan lebih mengingat makhluk-makhluk dan hantu yang ditampilkan di film ini lebih beragam dengan cerita-cerita yang juga variatif. Meski susunan plot ceritanya terasa terburu-buru dan tidak terbangun dengan sempurna namun film ini masih memberikan sebuah hiburan bagi penonton yang menggemari film horor dan kisah-kisah seram. Layaknya naik roller coaster, dijamin penonton akan dibuat ngeri dan berteriak di beberapa momen dalam film.

My Rate: 4 out of 5 Stars

Scary Stories To Tell In The Dark | 111 mins | Dir: Andre Ovredal | Script: Dan Hageman, Kevin Hageman, Guillermo del Toro | Cast: Zoe Margaret Colletti, Michael Garza, Gabriel Rush, Austin Zajur, Dean Norris, Gil Bellows | Prod: E-One, CBS Films | Distributor: Lionsgate


Komentar

Postingan populer dari blog ini

GITA CINTA DARI SMA (2023) – ADAPTASI PROGRESIF DARI ROMAN REMAJA TERHALANG RESTU

JOY RIDE (2023) – PETUALANGAN SERU, KOCAK & LIAR 4 CEWEK ASIA

COBWEB (2023) - HOROR KLASIK ATMOSFERIK BIKIN BERGIDIK