REVIEW FILM DUNE PART I (2021) – EPIK, GRANDE DAN MONUMENTAL, DUNE ADALAH DEFINISI SINEMA SESUNGGUHNYA


Menyebut judul film Dune beserta pembesutnya Denis Villeneuve, tidak bisa dilepaskan dari ekspektasi besar yang melekat untuk sebuah karya film yang akan memberikan pengalaman sinematik pemuas dahaga para pemerhati film di seluruh belahan dunia. Ekspektasi tersebut terpenuhi dalam sebuah presentasi film berdurasi 155 menit di layar lebar bioskop IMAX tempat lokasi penayangan press screening yang penulis hadiri.

Dune yang diadaptasi dari novel sci-fi rekaan Frank Herbert dibintangi oleh Timothee Chalamet, Rebecca Ferguson, Zendaya, Oscar Isaac, Josh Brolin, Jason Momoa, Javier Bardem serta Stellan Skarsgard dan akan tayang di seluruh bioskop Indonesia mulai tanggal 13 Oktober 2021.

Sinopsis

Alkisah di tahun 10,191, dunia bergantung pada sebuah elemen rempah yang hanya ada di planet Arrakis sehingga pihak kerajaan imperial yang memerintah seluruh makhluk hidup di dunia mengatur dan menitahkan para suku/klan dari berbagai planet untuk bergantian memanen rempah tersebut. Konon klan yang mendapat giliran periode memanen rempah akan mendapat berkah melimpah, sehingga hak memanen menjadi rebutan bagi para klan tersebut.


Lepas dari periode panen klan Harkonnen, klan Atreides yang dipimpin kepalanya Leto Atreides (Oscar Isaac) diberikan mandat periode memanen rempah berikutnya. Klan Atreides yang ternama dengan ketangguhan prajuritnya menerima dengan penuh kebanggaan, kecuali untuk Paul (Timothee Chalamet), putra Leto, yang memiliki mimpi buruk akan masa depan di planet Arrakis, termasuk di antaranya pertemuan dengan seorang gadis misterius (Zendaya) dari klan Fremen penduduk asli planet Arrakis yang memilih untuk mengasingkan diri dari kekuasaan Imperial.

Paul bukanlah putra mahkota sembarangan, ia merupakan putra dari selir Leto, Lady Jessica (Rebecca Ferguson), keturunan klan Bene Gesserit yang memiliki kemampuan fisik dan pikiran layaknya manusia super. Menurut pemimpin Bene Gesserit, mimpi Paul membuktikan beberapa poin penting, bahwa tragedi besar akan terjadi di planet Arrakis dan akan muncul orang terpilih yang tidak hanya akan menyelamatkan planet Arrakis, tapi juga seluruh makhluk hidup di dunia.


Ulasan

Novel Dune yang bermaterikan cerita dunia distopia yang kompleks dan dianggap sulit untuk difilmkan ini telah beberapa kali diadaptasi Hollywood, di antaranya dalam bentuk film karya David Lynch pada tahun 1984 dan miniseri TV berdurasi 4 jam setengah karya sutradara , John Harrison yang rilis tahun 2000 lalu. Versi film 1984 yang berdurasi 137 menit dianggap kurang mampu menangkap esensi dari dunia Dune akibat terlalu padatnya kisah dalam buku yang difilmkan, sementara versi Miniseri TV dianggap lebih akurat, namun tidak memiliki visual yang memadai akibat bujet minim imbas dari (tentu saja) medium TV yang dijadikan tempat penayangan.

Kini, studio Warner Bros bekerjasama dengan rumah produksi Legendary Pictures dengan penuh percaya diri memberi kepercayaan penuh pada sutradara Denis Villeneuve (Blade Runner 2049, Sicario) untuk memegang nakhoda adaptasi teranyar Dune lengkap dengan bujet produksi 165 juta dollar dan dua bagian film. Track record Villeneuve yang selalu membuat film berkualitas sepanjang kariernya memberikan ekspektasi besar pada para penggemar Dune dan pemerhati film.

Hasilnya film dengan judul resmi Dune Part I ini tampil epik, megah dan monumental sepanjang 155 menit durasinya. Villeneuve sukses mengeksekusi kisah mitologi yang kompleks dengan efektif lewat kekayaan gambar dan pemilihan adegan, plot bernuansa biblical dan dialog ‘berisi’ yang tidak menggambarkan kompleksitas cerita, melainkan memudahkan penonton awam non pembaca bukunya untuk mencerna kisah di dalam dunia Dune ini. Naskah yang digarap Jon Spaihts (Prometheus, Doctor Strange), Eric Roth (Forrest Gump, The Curious Case of Benjamin Button) dan Denis Villeneuve (Incendies) sendiri terasa solid dan tidak bertele-tele dalam menerjemahkan buah pikiran si bapak Dune, Frank Herbert. Dialog, monolog dan narasi yang dihadirkan tidak banyak, namun mampu menjelaskan mitologi dan lore-nya dengan baik. Sangat-sangat efisien membawa penonton masuk ke semesta Dune.


Keseimbangan tercipta antara kekuatan plot dan dialog dalam naskah dengan kualitas kelas satu dari semua elemen teknis. Tidak ada yang menonjol, semua saling mengisi satu sama lain. Penata kamera Greig Fraser (Rogue One, Zero Dark Thirty) dan desainer produksi langganan Villeneuve Patrice Vermette (Sicario, Arrival) mampu menghadirkan gambar adegan yang tidak hanya memanjakan mata, tetapi memberikan gambaran akan dunia distopia di semesta Dune yang misterius, panas dan keras. Tim produksi sukses memberikan rasa enggan penulis untuk berada di planet Arrakis yang tandus dan dihuni monster cacing raksasa yang mengerikan.

Sinerginya dengan penata artistik, penata dekorasi, make up dan tentu saja desain kostum dan penata efek visual benar-benar memberikan pengalaman sinematik yang luar biasa, dan tidak lupa ditambahkan dengan tata suara yang menghadirkan suara yang megah lengkap dengan musik scoring grande gubahan penata musik legendaris Hans Zimmer (The Dark Knight, Man of Steel). Suasana planet Arrakis, Caladan dan Giedi Prime sangat cantik dengan dominasi warna jingga, biru dan hitam yang efektif ditampilkan sebagai color pallette penanda karakter masing-masing klan penghuni planet. Adegan peperangan dengan tarung adu pedang, tembak menembak dan perang dog fight pesawat juga sangat mendebarkan. Penulis sangat suka dengan tampilan kapal capung dalam film ini.

Plot solid yang seimbang dengan kualitas produksi kelas atas semakin lengkap dengan kualitas akting hebat dari para ensembel cast-nya. Meskipun sentral cerita menitikberatkan pada sudut pandang Paul, namun para pemeran pendukungnya seperti Leto, Lady Jessica, Duncan Idaho serta para Fremen tampil dalam adegan yang cukup banyak. Timothee Chalamet (Call Me By Your Name, Little Women) dan Rebecca Ferguson (Mission Impossible Fallout, Doctor Sleep) sebagai dua aktor dengan screentime terbanyak memberikan penampilan kuat dengan kesulitan masing-masing.


Chalamet yang dibebankan peran utama memberikan Paul yang masih mencari jati diri, dipenuhi rasa penasaran dan mengalami pengembangan karakter paling drastis sepanjang film. Meski dikepung para aktor besar dan lebih berpengalaman, Chalamet tampil percaya diri dan meyakinkan. Sementara Ferguson makin memantapkan diri sebagai aktor papan atas. Penampilannya flawless sebagai seorang selir dan ibu yang menyimpan rahasia penting soal ramalan dan nubuatan dari mitos yang beredar di klan Bene Gesserit.

Aktor yang kerap dicap aktor laga, Jason Momoa (Aquaman) memang menampilkan penampilan stereotip sebagai Duncan Idaho, prajurit pemimpin pasukan Atreides, namun dimensinya lebih luas berkat hubungan persahabatannya dengan Paul dan karakternya yang simpatik. Sementara Oscar Isaac (Inside Llewyn Davis, Ex Machina) , Javier Bardem (Skyfall, No Country For Oldmen) dan Josh Brolin (Avengers: Endgame, No Country For Oldmen) memang diberikan durasi minim, tapi berkarakter dan sangat berkesan.

Zendaya (Spider-Man Homecoming, The Greatest Showman) menjadi yang paling disayangkan, gembar-gembor sebagai aktor pendamping Chalamet ternyata ia tampil dalam durasi sedikit dan repetitif dalam mimpi. Tapi jangan khawatir, sepertinya karakter Chani miliknya akan tampil dominan di part II-nya nanti, bersama dengan Dave Bautista (Stuber, Guardians of The Galaxy) yang hanya tampil sekelebat saja. Tampilan sekilas juga dihadirkan oleh Stellan Skarsgard (Insomnia, Thor) selaku antagonis utama. Dengan tampilan anehnya, scene presence Skarsgaard mampu menampilkan aura jahat yang mendominasi di setiap kehadiran karakternya.


Film Dune nyaris tidak ada kekurangan berarti di mata penulis, jika ada hanya durasi panjang dan kenyataan bahwa film bergenre fantasi sci fi ini akan dibagi menjadi dua bagian yang mungkin menjadi kekhawatiran penulis akan mempengaruhi kualitas film di mata penonton. Apalagi tersiar kabar kalau belum disetujuinya produksi film Dune Part II. Jika penonton mampu mengindahkan dua poin tersebut dan mensyukuri pengalaman sinematik luar biasa yang tersaji dalam layar, penulis yakin akan banyak dukungan untuk produksi film keduanya yang penulis yakini akan lebih epik, lebih megah dan lebih monumental. Amin.

Kesimpulan

Film Dune adalah sebuah karya monumental, epik dan megah dari seorang maestro Denis Villeneuve dalam mengadaptasi novel fantasi legendaris karya Frank Herbert. Dengan plot solid, kualitas teknis juara serta barisan aktor papan atas yang menampilkan akting kelas satu, Dune  resmi menjadi film terbaik dan film dengan cinematic experience terbaik di tahun 2021. We want Dune Part II right now!

Piala oscar untuk kategori teknis sepertinya akan diborong oleh film Dune yang akan tayang reguler di bioskop Indonesia mulai tanggal 13 Oktober 2021 nanti. Saksikan di layar bioskop terbesar di sekitar Anda. IMAX sangat direkomendasikan.

Rate: 5 out of 5 Stars

Dune | 155 mins | Dir: Denis Villeneuve | Script: Jon Spaihts, Eric Roth, Denis Villeneuve | Cast: Timothee Chalamet, Rebecca Ferguson, Oscar Isaac, Jason Momoa, Josh Brolin, Stellan Skarsgaard, Zendaya, Javier Bardem | Genre: Fantasy, Sci-fi | Studio: Warner Bros, Legendary Pictures

Komentar

Postingan populer dari blog ini

GITA CINTA DARI SMA (2023) – ADAPTASI PROGRESIF DARI ROMAN REMAJA TERHALANG RESTU

JOY RIDE (2023) – PETUALANGAN SERU, KOCAK & LIAR 4 CEWEK ASIA

COBWEB (2023) - HOROR KLASIK ATMOSFERIK BIKIN BERGIDIK